Inbound Tour Operator Perlu Subsidi Pajak

Klik nusae – DKI Jakarta diminta lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan tourist spots, menciptakan aktivitas-aktivitas baru, dan menggelar beragam event yang dibuat pelaku bisnis pariwisata. Tujuannya agar lebih banyak menarik wisatawan.

Hal lain yang penting menjadi perhatian yakni perlunya stimulus berupa subsidi pajak untuk  Inbound Tour Operator. Selama ini,pelaku industri pariwisata masih merasa kesulitan mendapatkan tourist spot atau obyek daya tarik wisata (places of interest) yang bisa dimasukkan ke dalam program perjalanan (Itinerary) di dalam paket untuk destinasi Jakarta.

Jika komponen diatas dipenuhi, maka bukan hal yang sulit mencapai keinginan Jakarta menarik lima juta kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2019 ini.

Demikian benang merah yang bisa ditarik dari  diskusi di acara Jakarta Tourism Forum (JTF) yang berlangsung,Rabu 15 Mei 2019 lalu.

Pada forum tersebut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta Edi Junaedi menyampaikan data dari Imigrasi dan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa ada 2,8 juta wisatawan mancanegara ke Jakarta pada tahun 2018. Tahun ini ditargetkan lima juta wisatawan mancanegara datang berkunjung ke Ibukota.

Sadewa, dari Panorama Group, mengungkapkan, andaikata di Jakarta ada kampung-kampung wisata yang bisa membuat program pertunjukan seni dan budaya berjadwal, – para agen perjalanan/operator tur bisa membuat paket-paket baru misalnya menonton pertunjukan dan makan malam.

Hal-hal semacam itu akan bisa menambah produk baru dalam itinerary di Jakarta. Justru di destinasi-destinasi lain seperti di Bali dan Yogyakarta hal tersebut sudah dilakukan dan terbukti diminati terutama oleh wisatawan mancanegara.

Dengan posisi dan perannya sebagai Ibukota negara, membuat branding pariwisata Jakarta mesti dilakukan secara berhati-hati.

Dalam mengembangkan dan membangun pariwisata Jakarta jangan terpaku pada destinasinya tetapi juga harus melihat pada pangsa pasarnya.

Sebagai kota metropolitan di Indonesia, Jakarta bisa dikatakan hampir punya segalanya. Jadi banyak segmen pasar yang bisa digarap. Dan untuk menggarapnya tentu berbeda-beda pendekatan dan pengelolaannya.

Jakarta Tourism Forum menanggapi keluhan dan usulan tersebut, bahwa JTF sudah membicarakannya kepada Pemerintah Daerah DKI Jakarta agar mengaktifkan komunitas-komunitas dan kampung-kampung untuk membuat jadwal pertunjukan reguler sehingga agen perjalanan/operator tur bisa menyesuaikan.

Ketua Umum Indonesia Congress and Convention Association (INCCA) Iqbal Alan Abdullah,misalnya menyampaikan usulan-usulan menarik dan relevan dengan kondisi yang dihadapi pariwisata Jakarta.

Pertama, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus pro aktif dan jangan hanya menumpang dari kegiatan pemerintah pusat ataupun event-event besar yang sudah diadakan di Jakarta.

Untuk mendatangkan event internasional yang besar, calon tuan rumah (host) harus mengikuti proses bidding. Dan dalam proses memenangkan bidding, calon tuan rumah harus melakukan kegiatan-kegiatan awareness dan promosi, misalnya menggelar acara makan malam atau cocktail yang mana di situ bisa mempresentasikan apa yang dapat ditawarkan dan sejauh mana destinasi siap menggelar suatu event internasional.

“Harus diubah mindset “Dari Kita untuk Kita” menjadi ‘Dari Kita untuk Mereka (wisatawan, red.) dalam menyelenggarakan suatu event,” ujar Iqbal.

Selanjutnya agen perjalanan/operator tur yang fokus bisnisnya di inbound tour perlu memperoleh insentif atau subsidi pajak dari pemerintah. Insentif tersebut merupakan stimulus dari negara atau daerah agar mereka yang mendatangkan wisatawan mancanegara ke dalam negeri bisa terus mempertahankan usahanya dan terus berkelanjutan.

(adh/itn)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya