HRB  Tak Sekedar Memantapkan Eksistensi Busana Nusantara

Pengurus Himpunan Ratna Busana (HRB) Jawa Barat ketika melakukan bakti sosial dengan memberikan bantuan kepada korban bencana angin puting beliung di kawasan Rancaekek Kota Bandung, beberapa waktu lalu. (foto:dokumen HRB)

Klik nusae – Menginjak usianya yang memasuki tahun ke-3, Himpunan Ratna Busana (HRB) Jawa Barat kian memantapkan arah dalam menggali dan melestarikan busana nasional maupun tradisional. Disamping itu juga ikut berperan aktif dalam kepedulian sosial serta berkontribusi membantu pemerintah dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan budaya.

“Pada tahun ini kami kembali akan menggelar hari jadi HRB Jawa Barat. Kali ini tema yang kami pilih adalah Bersama HRB Berbagi Untuk Negeri,” kata Ketua HRB Jawa Barat Dr.Hj Ning Zulkarnain saat ditemui Klik nusae di Kampus International Women University (IWU) Jalan Pasir Kaliki No.179 A, Kb. Jeruk, Cicendo, Kota Bandung,Selasa(2/4/2019).

Menurut Ning,keanggotaan HRB Jawa Barat saat ini masih masih didominasi dari Kota Bandung. Namun diharapkan dalam perjalananya ke depan semua daerah di Jawa Barat bisa mengembangkan organisasi ini dalam upaya pelestarian busana daerah atau nusantara.

Sebetulnya secara nasional HRB sudah berdiri sejak 26 Mei 1972. Para pendirinya ketika itu diantaranya Ny Titi Memet,Ny Mahendra,Ny Leoni,Nya Tati dan Ny Titik.

Kemudian tokoh perempuan asal Jawa Barat Dr Hj Popong Otje Djoendjoenan mencetuskan berdirinya HRB Jawa Barat.

Kegiatan rutin yang dilakukan Pengurus HRB Jawa Barat adalah melakukan pertemuan pengurus untuk membahas berbagai hal terkait busana nasional,tradional dan lainnya. Foto:Klik nusae/adhi

Tujuannya, untuk menggali,melestarikan busana nasional,maupun tradisional (daerah) tentu dengan modifikasi seperlunya sesuai dengan situasi dan dengan tidak menghilangkan ciri-ciri khas busana nasional/daerah.

Disamping itu kehadiran HRB adalah untuk meningkatkan peran serta kemasyarakatan,menanamkan rasa cinta dan bangga terhadap busana nasional maupun tradisional.

“Sebagai organisasi non profit yang berdedikasi pada pelestarian busana tradisional Indonesia,HRB  mencoba mengedukasi masyarakat juga designer untuk berkreasi dan memodifikasi busana nasional dengan tepat,” jelas Ning.

Ditambahkan Ning,kreatifitas dan modifikasi pada busana nasional boleh saja dilakukan. Hanya saja,sebaiknya jangan keluar dari ketentuan dan pakem yang sudah ada.

“Termasuk tidak merombak secara total sehingga bisa menghilangkan identitas bangsa,” paparnya.

Selama ini HRB terus menginformasikan kepada masyarakat seperti apa busana nasional dan tradisonal melalui berbagai kegiatan seperti fashion show dan penyuluhan.

Penyuluhan tersebut diantaranya menampilkan berbagai busana nasional mulai dari kebaya,baju kurung,baju bodo dan kemben yang disandingkan dengan batik dan kain tenunan.

“Memang HRB berdiri salah satu point-nya adalah untuk mengangkat kain nusantara. Bayangkan kita itu terdiri dari 31 provinsi dengan ragam busananya. Salah satu contoh,misalnya Sumatera,ada Sumatera Barat,Sumatera Selatan dan yang lainnya. Untuk Sumatera Barat saja,bisa lebih 15 busana tradional. Ini potensi besar yang bisa kita kelolah  menjadi aset bangsa yang luar biasa,” katanya.

Sementara itu Ketua Panitia HUT HRB Jawa Barat ke-3, Dr.Hj Dewi Indriani Jusuf mengemukakan bahwa dipilihnya tema Bersama HRB Berbagi Untuk Negeri  dimaknai  sebagai upaya mendorong perempuan Indonesia agar mempunyai citra,beretika dan kualitas dalam berbusana.

“Jangan sampai bangga dengan budaya yang dianggap lebih modern di era globaliasi tanpa batas,padahal kita mempunyai khasanah budaya yang luar biasa,” tegasnya.

Dalam konteks pemberdayaan perempuan,lanjut Dewi, RA Kartini (pahlawan perempuan) telah mencontohan  agar seorang perempuan itu cerdas dan mendapatkan hak pengajaran.

Artinya,bukan semata perempuan ingin menjadi rival dan competitor bagi kaum laki-laki,justru  sebaliknya bahwa Kartini ingin setiap perempuan itu cerdas. Dengan demikian mereka dapat menyiapkan calon pemimpin masa depan lewat pengasuhan dan perlindungan di rumah.

“Seorang perempuan harus berdaya,jangan ada self empowerment atau hambatan sosial dan budaya sehingga akan menjadi roll mode dunia (teladan,sabar,percaya diri,daya juang, dan pengorbanan),” ungkap Dewi.

Dibagian lain Koordinator Acara Ny Hj Yani Soewarma menjelaskan bahwa tahun ini berbagai rangkaian acara dalam rangka HUT HRB Jawa Barat ke-3 telah dilaksanakan. Diantaranya, Seminar yang berlangsung 15 Februari 2019 lalu dengan mendatangkan pembicara dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandung.

Seminar ini juga terkait dengan menghadapi Pemilu 17 April mendatang dengan tema: “Pentingnya Menggunakan Hak Pilih Anda”

Kemudian pada 14 Maret 2019 juga digelar bakti social dengan membagikan bantuan paket sembako untuk korban bencana angina putting beliung di kawasan Rancaekek. Tak kurang dari 150 kepala keluarga (KK) mendapatkan bantuan yang telah disiapkan panitia.

“Puncaknya nanti, di 29 April 2019 kami akan menampilkan kesenian Rampak Gendang (dari Jawa Barat) dan peragaan Busana Nusantara oleh ibu-ibu anggota HRB Jawa Barat sebanyak 35 orang,” jelas Yani.

Ada juga bintang tamu Dewi Gita yang akan menghibur undangan HUT HRB yang rencananya dilangsung di El Hotel Royale Bandung .

“Untuk busana yang akan kami tampilkan berasal dari 34 Provinsi,” tambah Yani.

(adh)

 

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya