Disuntik 10 Miliar Bekas Paralayang Bogor Jadi Destinasi Baru

Lokasi take off Paralayang di perkebunan Gunung Mas,Cisarua,Bogor kini menjadi destinasi yang ramai dikunjungi wisatawan. Akses jalan masuk semakin baik setelah digunakan untuk Asian Games 2018. Foto:Dok

JELAJAH NUSA – Perhelatan Asian Games 2018 usai sudah.Masyarakat kembali melakukan aktivitas seperti biasa. Tak terdengar lagi suara sirene maraung-raung membela kemacetan Puncak Cisarua,Bogor,Jawa Barat.

Pagi ini, Senin (03/9/2018),suasana lenggang terpotret di dekat venue take off Paralayang di Kampung Pensiunan, Desa Tugu Utara. Begitu juga di puncak Gunung Mas,tempat take off para atlet paralayang bertanding beberapa pecan lalu.

“Sepi lagi Mas. Sekarang tinggal menunggu akhir pekan,banyak wisatawan timur tengah yang main paralayang disini,” kata Asep,salah seorang pemilik warung makanan dan minuman kepada Jelajah Nusa.

Namun,apapun kondisinya sekarang. Lokasi Paralayang di Cisarua ini akan berdampak lebih baik lagi ke depan. Apalagi dengan membaiknya infrastruktur menuju lokasi Paragiliding ini.

Salah seorang wisatawan mancanegara sedang tandem paralayang di Puncak Bogor. Foto:Dok

Wisatawan lebih dimudahkan untuk menjangkau titik take off maupun leanding.Jalan masuk ke area paralayang juga terlihat mulus.

Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Bogor, Wawan Haikal mengakui bahwa keberadaan arena Paralayang yang digunakan untuk Asian Games 2018 memberikan dampak positif bagi sosial ekonomi warga setempat.

Kawasan Puncak ditunjuk oleh Panitia Penyelenggara Asian Games ke-18 ( INASGOC) sebagai arena cabang olahraga Paralayang yang diikuti sekitar 112 atlet dari 18 negara.

Pemerintah Kabupaten Bogor didukung oleh DPRD melakukan renovasi arena Paralayang Gunung Mas Puncak, dengan menganggarkan dana Rp10 miliar.

Para atlet Paralayang Indonesia saat berlaga di Asian Games 2018. Foto:Dok

“Anggaran tersebut dialokasikan untuk memperbaiki arena Paralayang dengan membangun sejumlah fasilitas, seperti di lokasi take off ada gedung serba guna, dan landasaan yang diperbaharu. Dan di landing juga dibangunan mushola, gedung pertemuan, serta memperluas area landing,” katanya.

Pemkab juga Bogor bekerja sama dengan PTPN VII sebagai pemilik lahan untuk mengelola arena Paralayang seluas 2,8 hektare, berupa area take off seluas 8000 meter persegi dan sisanya, dua hektare di area pendaratan.

“Pengelolaan penuh arena Paralayang ada di Pemkab Bogor melalui Dinas Pariwisata. Untuk pengelolanya oleh PGPI Kabupaten Bogor,” kata Wawan.

Warga Bogor merasa bangga dipercaya sebagai arena Paralayang untuk Asian Games. Keberadaan arena ini telah membawa dampak positif bagi masyarakat.

Hampir setiap hari ada wisatawan yang datang untuk melakukan tandem atau terbang dengan pilot berlisensi. Satu orang dibanderol Rp 550 ribu.

Arena Paralayang Puncak juga menjadi sekolah penerbangan bagi pilot-pilot junior dengan biaya Rp 7 sampai 8 juta langsung mendapatkan lisensi.

Anak-anak Kampung Pensiunan,Desa Tugu Utara,Cisarua bermain di lokasi landing Parayang. Foto:Dok

“Kebanyakan wisatawan yang datang dari Timur Tengah,” kata Haikal yang juga Ketua Umum Persatuan Gantole Paralayang Indonesia (PGPI) Kabupaten Bogor ini.

Kehadiran arena Paralayang, juga melahirkan atlet-atlet paralayang dari Kampung Pensiunan. Seperti Dede Misbah, Dede Supratman, Aris Apriansyah, Iyus Partama, dan Munir yang kini melatih tim Nasional Thailand.

Tidak hanya Asian Games 2018, arena Paralayang Gunung Mas juga dipercaya sebagai arena SEA Games 2011 dan kejuaraan dunia WPAC tahun 2015 yang melahirkan Dede Supratman sebagai juara dunia.

“Total ada 30 atlet paralayang dan gantole yang terdaftar di PGPI Kabupaten Bogor,” katanya.

Bagi Wawan-yang anak kepala desa ini,keberadaan atlet paralayang Kabupaten Bogor harus tetap mendapat perhatian dan dukungan penuh untuk mengukir prestasi.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya