Pemerintah Bangun Infrastruktur Jaringan Internet di Kawasan Wisata Ini

Langkah Kolaborasi

Kementerian Kominfo bersama operator seluler memprioritaskan pemerataan akses internet dan infrastruktur TIK di berbagai sektor di Indonesia.

Hal ini menyusul evaluasi dari 10 tahun lisensi serta kerja sama antara Kementerian Kominfo dan operator seluler, serta rencana untuk periode 10 tahun kedua nantinya.

Operator seluler berkomitmen untuk selesaikan pembangunan di 3.435 desa dan kelurahan untuk hadirkan sinyal 4G di wilayah non 3T atau wilayah komersial.

Selain pemerataan internet, Kominfo dan operator juga mendiskusikan potensi pengembangan industri telekomunikasi seperti akselerasi digital, yang menjadi salah satu dampak pandemi COVID-19.

Langkah kolaborasi juga ditempuh Kominfo dengan mempererat kerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk mendukung destinasi wisata super prioritas, termasuk soal ketersediaan sinyal.

“Karena begitu kita mendarat di lima destinasi super prioritas kita akan nyalakan smartphone kita atau HP kita, dan kita akan sangat bergantung terhadap coverage sinyal,” ujar Menteri Parekraf, Sandiaga Uno, usai pertemuan bersama Menkominfo, Januari.

Ketersediaan sinyal 4G di destinasi wisata super prioritas bukan semata untuk wisatawan yang datang, namun, juga usaha mikro, kecil dan menengah maupun usaha mikro di bidang pariwisata.

Teknologi, khususnya big data, bisa membantu membangkitkan sektor pariwisata sekaligus memulihkan pandemi virus corona.

Kemkominfo dan Kemenparekraf juga akan membahas pertukaran data dalam aktivitas pariwisata, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

November tahun lalu, Kominfo meresmikan 18 menara telekomunikasi atau BTS di Labuan Bajo, antara lain sebanyak 4 BTS di Desa Komodo.

Potensi ekonomi

Korelasi internet erat dengan pendapatan per kapita. Riset Google, Temasek, dan Bain & Company, menunjukkan bahwa sektor ekonomi digital Indonesia tetap tangguh dan secara keseluruhan diperkirakan bernilai sebesar 44 miliar dolar AS pada 2020.

Adanya pandemi, sektor tertentu seperti perjalanan dan transportasi memang terhambat tetapi hasil riset itu menunjukkan hingga 2025 keduanya diperkirakan akan bangkit dalam jangka pendek hingga menengah.

Hasil riset itu juga menunjukkan bahwa e-commerce naik 54 persen menjadi 32 miliar dolar pada 2020, dari 21 miliar dolar pada 2019.

Pada 2020, lebih dari sepertiga konsumen layanan digital di Asia Tenggara mulai menggunakan layanan daring baru karena COVID-19. Di Indonesia pun, 37 persen konsumen digital menggunakan layanan baru karena wabah.

Selanjutnya, ekonomi digital di Indonesia diprediksi tumbuh pesat hingga diprediksi mencapai 124 miliar dollar AS (Rp1.760 triliun) pada 2025.

Terlepas dari hal itu, ekonomi digital akan bisa menciptakan lebih banyak lapangan kerja baru. Sektor UMKM juga masih sangat potensial untuk dikembangkan.

Dari 64 juta UMKM yang ada, baru 8 juta atau 13 persen saja yang terintegrasi dengan teknologi digital.

Kementerian Kominfo bersama dengan Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) juga telah meluncurkan program pelatihan UMKM digital, sebagai wujud dan komitmen pemerintah dalam memajukan, memperkuat dan memberdayakan mitra UMKM dan ultra mikro di Tanah Air.

Ketika para pemangku kepentingan bersedia mengeliminasi hambatan yang ada, dan masyarakat turut menjadi penggerak roda, maka tercapainya potensi ekonomi digital bukan hanya angan-angan semata. (*)

Sumber: Antaranews

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya