Digital dan Milenial Menjadi Fokus Rakernas Pariwisata I 2019

Anang Sutomo,Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Kawasan Pariwisata (tengah) foto bersama dengan peserta Rakornas I Pariwisata 2019. Foto: Ist

Klik nusae – Hotel Sultan di  Jl. Gatot Subroto,Gelora,Tanah Abang,Jakarta Pusat,mendadak meriah. Riuh rendah suara saling sapa terdengar dihampir seluruh sudut ruangan,setelah itu kemudian sunyi.

Ya, sebuah perhelatan besar sedang berlangsung; Rapat Koordinasi Nasional Pariwisata I tahun 2019,Kamis (28/2/2019) yang akan berlangusng hingga  Maret 2019.

“Rakornasi I 2019 kali ini mengambil tema besar: Transforming Tourism Human Resources, Winning The Global Competition in 4.0 Era. Seperti yang digariskan Presiden Jokowi, bahwa tahun 2019 adalah tahun pembangunan SDM, Sumber Daya Manusia. Kita akan menyiapkan SDM Pariwisata yang siap menghadapi era digital, dengan Tourism 4.0,” jelas Priantono Rudito, Tenaga Ahli Menpar Bidang Strategic Marketing yang juga Co Branding Wonderful Indonesia itu.

Tema transformasi Tourism 4.0 itu cukup berat. Tetapi bagi Kemenpar, proses digitalisasi sudah dilakukan sejak 4 tahun silam, ketika Menpar Arief Yahya melakukan evolusi dipercepat.

Dari tradisi analog dan konvensional, menggunakan digital di semua lini. Saat ini, di saat 70% travelers sudah go digital, dan 50% wisman atau inbound travelers sudah search and share menggunakan digital, mesin SDM di Kemenpar sudah ready.

Oleh Priantono Rudito, konsep Rakornaspar yang bermuatan “berat” ini dikemas happy dan balance.

Dia menggunakan konsep 4R, semua aspek disentuh dengan aktivitas, agar seimbang.

Tidak hanya mengisi ilmu pengetahuan, teknologi dan target capaian di otak kiri, tetapi juga membangkitkan kreativitas dan seni di otak kanan.

“Ada Olah Raga, Olah Rasa, Olah Rasio, Olah Ruh. 4R,” kata Priantono semangat.

Strategi kreatif 4R itu, salah satunya dengan kompetisi koor atau menyanyi bersama antar deputi-sesmen, yang akan dijuri langsung oleh Menpar Arief Yahya, artis penyanyi Rossa dan Fitri Carlina.

Yang menjadi vokalis utama harus deputi atau sesmen-nya, sedangkan backing vocalnya semua pejabat structural di bawahnya.

Itulah, mengapa Gedung Sapta Pesona seminggu terakhir penuh dengan suasana latihan koor bersama. Dari Deputi Pengembangan Pemasaran I, Deputi Pengembangan Pemasaran II, Deputi Kelembagaan dan SDM, Deputi Pengembangan Industri dan Destinasi, sampai ke Sesmenpar.

“Seru kan? Mereka nanti akan mengenakan kostum kaus Wonderful Indonesia 5 warna yang berbeda,” kata Priantono.

Di Olah Raga, Rakornaspar ini akan sekaligus meluncurkan dance baru, Flashmob Indonesia Hebat, dengan koreografer Deny Malik.

Salah satu Kurator Wonderful 100 Calendar of Events 2019. Selasa pagi, 26 Februari 2019, Deny Malik sudah mengajari gerakan-gerakan yang akan dibuat flashmob pada seluruh pejabat di Kemenpar.

“Gerakan mudah, gembira dan bisa dipelajari dengan cepat. Ada semangatnya, ada unsur Bali, Batak, Jawa, dan Dayung yang ngehits saat Pak Presiden Jokowi menonton Asian Games 2018 lalu,” tambah Deny Malik, koreografer dan sekaligus music arrangernya.

MC yang akan memandu Rakornaspar kali ini adalah Nirina Zubir, artis dan bintang film yang juga menjadi endorser Lomba 100 Wonderful CoE 2019 Pilihan Netizen itu.

Nirina juga sukses di film Keluarga Cemara yang banyak membuat ibu-ibu meneteskan air mata haru.

Nah, Olah Rasio nya, akan tampil Menpar Arief Yahya dengan konten yang sudah “dibocorkan” di Rapim, Selasa siang 26 Februari 2019.

Juga sudah ditulis di CEOMessage ke-61 yang juga sempat masuk ke daftar trending topic di Twitter. Apa sih yang dimaksud dengan Tourism 4.0 itu?

“Tourism 4.0 lahir seiring dengan mulai tersedianya big data perilaku travelers yang mampu dikumpulkan via apps dan sensor yang kemudian diolah untuk menciptakan seamless dan personalized travelling experience,” sebut Menteri Arief Yahya.

Seamless dan personalized experience itu, lanjut dia, bisa diwujudkan karena adanya peran teknologi-teknologi Revolusi Industri Keempat (4.0).

Yaitu: artificial intelligence, internet of things (IoT), big data analytics, robotics, augmented reality, cloud computing, blockchain, dan sebagainya. “Inilah berbagai teknologi yang kini sering disebut sebagai Teknologi 4.0,” jelasnya.

Revolusi Industri Pertama terjadi di abad ke-18 (1784) ditandai dengan pesatnya kemajuan mesin uap dan mesin-mesin pengganti tenaga manusia.

Revolusi Industri Kedua terjadi di penghujung abad ke-19 (1870) yang ditandai dengan kemajuan sistem produksi massal dan energi listrik. Sementara Revolusi Industri Ketiga terjadi sejak 1969 yang ditandai kemajuan elektronik, ICT (informasi dan telekomunikasi), dan otomasi.

Singkatnya, Revolusi Industri Keempat bakal mengubah dan mendisrupsi industri pariwisata secara mendasar karena terwujudnya cost value (“more for less”) , experience value (“personalized”), dan platform value (“resources sharing”) yang bakal dinikmati para travellers.

“Karena itu kita harus mampu menjadikan teknologi 4.0 sebagai sumber competitive advantages baru di pasar global,” tegas Arief Yahya yang sekolah S-2 nya di bidang ini, Telematika di Surray University, UK.

Tema Rakornas Tourism 4.0 ini betul-betul membuat Menpar Arief Yahya semakin semangat. Apalagi, temanya digital yang lebih dari 30 tahun dia geluti selama berkarir di Telkom.

“Target Presiden Jokowi 20 juta tahun 2019 itu sama dengan double, dari start awal 9,3 juta di 2014. Untuk mendapatkan hasil yang luar biasa, hanya bisa ditempuh dengan cara yang tidak biasa! Dan cara yang tidak biasa itu adalah: Digital,” ungkap Arief Yahya.

Di Eropa, negara yang paling maju menerapkan Tourism 4.0 adalah Spanyol. Spanyol adalah salah satu negara termaju dalam urusan mendatangkan wisman.

Tahun 2017 Spanyol menduduki urutan kedua dengan jumlah wisman mencapai 82 juta. Kontribusi sektor pariwisata Spanyol mencapai 15% GDP, menyerap 15% tenaga kerja yang mencapai lebih dari 2,8 juta.

Karena itu Spanyol sangat serius membenahi sektor pariwisatanya dengan menempatkan teknologi 4.0 sebagai sumber competitive advantages.

“Mereka punya inisiatif Smart Destination dengan teknologi 4.0: big data, open data, mobile apps, free WiFi, geolocation systems, QR code, dan videomapping/holography techniques di seluruh bagian kota yang menjadi destinasi wisata,” ungkapnya.

Saat ini sudah ada 11 smart cities di Spanyol yang sudah diperlengkapi dengan infrastruktur teknologi 4.0. Tujuannya untuk mempermudah, mempernyaman, dan memperdalam experience setiap wisatawan yang berkunjung ke Spanyol.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya