Kemenpar Siapkan Strategi Tembus Pasar Kuliner Dunia

Menteri Pariwisata Arief Yahya didampingi Deputi Pemasaran Nia Niscaya memperkenlakan kuliner Indonesia dalam kunjungan kerja ke China belum lama ini. Foto:DokPar

JELAJAH NUSA – Kuliner sudah menjadi salah satu daftar kunjungan wisata di Indonesia. Ragam makanan nusantara yang lezat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.

Berangkat dari potensi kuliner tersebut,Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyiapkan tiga strategi yang disebut Diaspora Restaurant untuk mengembangkan industri pariwisata kuliner agar semakin go international.

Ketiga strategi tersebut adalah memperkenalkan makanan nasional, sertifikasi lima destinasi wisata kuliner unggulan, dan co-branding Wonderful Indonesia dengan restoran di luar negeri.

“Kelima destinasi wisata kuliner tersebut adalah Bali, Solo, Yogyakarta, Semarang dan Bandung. Bali saat ini kita branding menjadi destinasi kuliner dunia berstandar global dan bekerjasama dengan UNWTO,” ujar Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Ni Wayan Giri Adnyani saat pembukaan SIAL Interfood 2018 di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Rabu (21/11/2018).

Giri juga menambahkan, sektor kuliner dalam industri pariwisata menyumbang sekitar 30%-40% pendapatan pariwisata.

Ekonomi kreatif berkontribusi sebesar 7,38% terhadap perekonomian nasional dengan total PDB sekitar Rp852,24 triliun, dari total kontribusi tersebut subsektor kuliner menyumbang 41,69%.

“Diplomasi terbaik di dunia baik secara sosial budaya maupun ekonomi adalah melalui kuliner. Kuliner adalah diplomasi ekonomi paling halus (soft diplomacy). Saya meyakini restoran-restoran Indonesia di luar negeri ini akan menjadi channel diplomasi kuliner yang sangat ampuh untuk mempromosikan Indonesia di luar negeri,” ujar Giri.

Di kesempatan yang sama, CEO Krista Media Pratama Daud Dharma Salim mengatakan, SIAL INTERFOOD untuk ke-18 kalinya akan kembali hadir di Jakarta, Indonesia. Pada tahun 2017 lalu, SIAL INTERFOOD telah sukses mengumpulkan lebih dari 900 peserta dari 33 negara dan 53.000 pengunjung dari 49 negara.

“Tahun ini diikuti 1.000 peserta dari 35 negara, peningkatan 15 persen atau target 75 ribu pengunjung,” ujarnya.

Berbagai kategori produk juga hadir yaitu produk susu dan telur, daging dan unggas, ikan dan produk hasil laut, buah dan sayuran.

Ada juga produk makanan sehari-hari seperti produk bakery, cokelat, kopi dan teh, gelato dan es krim, minuman non alcohol, produk makanan sehat, produk makanan kalengan, produk makanan organik, produk makanan beku, peralatan horeka dan katering, dan perlengkapan memasak dengan teknologi terbaru.

Selama pameran akan digelar berbagai kegiatan salah satunya SIAL Innovations yaitu pemberian penghargaan tertinggi kepada peserta atas inovasi terbaik untuk produk makanan dan industri pendukungnya.

Produk Pemenang Sial Innovations akan dipertunjukkan dalam semua jaringan pameran Sial Interfod dari Prancis, Kanada, India, Tiongkok, hingga Timur Tengah.

Selain itu ada La Cuisine Competition berkolaborasi dengan Worlds Chef dan Associations of culinary Proffesionals (ACP).

Lalu ada demonstrasi koki bertaraf internasional, hingga kompetisi memasak para koki profesional berbagai negara. Pada 2017 ajang itu diikuti 312 peserta dan tahun ini meningkat hingga mencapai 600 peserta.

Lalu ada Seafood Show Asia yang diselenggarakan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Asosiasi Pengusaha Pengelolaan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia dan Vietnam Association of Seafood Exporters & Producers (VASEP), International Tea Expo, dan Cake Decorator Display oleh Comexposium.

Selain itu diselenggarakan pula Baking, Cake Decorating & Cooking, Tea Demo, seminar Seafood Trade & Indonesia Cold Chain Challenges, Workshop 3 Days Barista Regular Course oleh Franky Angkawijaya dan lain-lain.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya