Nanti Sambangi Wakatobi Dengan Amfibi Buatan PTDI

Pesawat N219 Amfibi Buatan PTDI sedang uji coba di perairan (Foto:sgimage.detik.net.id)

JELAJAH NUSA – Kini BUMN berlomba-lomba berkontribusi terhadap pesatnya pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia membuat  yak ketinggalan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang berpusat di Bandung berencana mengembangkan pesawat N219 Amfibi. Pesawat akan dapat lepas landas dan mendarat dari darat maupun permukaan air sehingga bisa dimanfaatkan untuk wisata bahari.

Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara menjadi bidikan pabrikan pesawat asli Indonesia ini. Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Elfien Goentoro mengatakan, destinasi wisata yang disasar PTDI saat ini salah satunya adalah Wakatobi seperti dilansir dari dram.co.id hari ini (26/9). Wakatobi merupakan salah satu spot menyelam terbaik dengan kekayaan spesies koralnya .

” Kami ingin meningkatkan Wakatobi dari sisi akses. karena kita semua tahu kalau spot menyelam Wakatobi sangat banyak dan sangat indah. Oleh karena itu, kami ingin pesawat N219 versi amfibi ini menjadi solusi saat ini, untuk para wisatawan,” papar Elfien, yang dipublikasikan dari Facebook Kementerian Pariwisata, Selasa 26 September 2017.

Diketahui, perjalanan menuju Taman Nasional Wakatobi dapat menggunakan pesawat komersil dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng menuju Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Kemudian perjalanan dilanjutkan menggunakan N219 menuju Bandara Maranggo di Pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi. Atau perjalanan juga bisa ditempuh melalui Bandara Haluoleo, Kendari menuju Bandara Matahora, Wakatobi.

Saat ini, panjang landasan Bandara Maranggo adalah 1.070 meter dan di ketinggian 52 mdpl. Sedangkan panjang landasan bandara tersebut adalah 2.001 meter. Di kedua bandara ini lah, N219 versi amfibi bisa diandalkan. “Penambahan armada angkutan udara perlu diperhatikan untuk memenuhi kebutuhan mobilisasi wisatawan ke berbagai destinasi wisata di Indonesia. Pesawat N219 hadir sebagai alat transportasi nasional karya anak bangsa,” kata Elfien.

Inilah yang Menteri Pariwisata Arief Yahya sering menyebut dengan istilah Indonesia Incorporated. Harus kompak, gotong royong, sinergi untuk bangun bangsa secara bersama-sama. ” Tidak ada ego sektoral, tetapi saling mengisi, saling memperkokoh,” tutur Menpar Arief Yahya.

Menurutnya, pulau-pulau terpencil memiliki potensi yang besar dalam industri pariwisata Indonesia. Banyak wisatawan yang tertarik menjelajahi pulau-pulau yang memiliki keindahan alam yang bahkan belum terjamah. ” Kita inginkan juga N219 bisa terbang di pulau kecil untuk pariwisata,”tutup Menpar Arief Yahya.

Pesawat N219 versi amfibi mampu lepas landas di bandara yang minim infrastruktur. Pengembangan N219 diklaim mampu mengurangi investasi untuk bandar udara. ” Inovasi ini akan mengurangi biaya infrastruktur untuk pembuatan bandara,” jelas Elfien. Nanti pada tahun 2019 nanti pesawat pertama N219 sudah siap dan layak untuk memasuki pasar. Dengan prioritas memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan harga yang kompetitif.

Pesawat N219 amfibi ini memiliki panjang badan 16,74 meter dengan tinggi 6,18 meter. Sedangkan lebar sayap pesawat 19,50 meter. Lebar kabin dalam pesawat 1,80 meter dengan tinggi 1,71 meter. Sedangkan panjang kabin pesawat 6,65 meter dengan kapasitas penumpang 19 orang. Jika mendarat di perairan, N219 amfibi ini mengandalkan landing gear yang mirip seperti perahu dan bisa mengapung. Kemudian untuk meneruskan landing di darat, roda pesawat akan keluar dari landing gear.

(RIV)

 

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya