Halal Travel 2.0 Bakal Menjadi Tren Wisata Tahun Ini

CEO CrescentRating dan HalalTrip, Fazal Bahardeen saat memberikan pemaparan dalam acara peluncuran Indonesia Muslim Travel Index di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Rabu (13/2/2019). Foto:Dok

Klik nusae – Jika sebelumnya wisata halal kini selalu diidentikan dengan  restoran sertifikasi halal atau tempat beribadah untuk umat Muslim. Kini wisata halal semakin berkembang dengan adanya teknologi yang semakin memudahkan wisatawan.

“Orang-orang mulai kenal pasar wisata halal pada 2008. Sejak saat itu orang-orang tertarik dan mulai sadar akan potensi wisatawan Muslim,” kata CEO CrescentRating dan HalalTrip, Fazal Bahardeen dalam acara peluncuran Indonesia Muslim Travel Index di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Rabu (13/2/2019).

Fazal menjelaskan pada 2014-2018 industri wisata mulai menyelenggarakan tur perjalanan halal, yang juga disebut Halal Travel 1.0. Sedangkan tahun ini, wisata halal berkembang menjadi Halal Travel 2.0.

“Ada tiga kunci dalam Halal Travel 2.0 yakni teknologi, aktivitas sosial, dan demografis. Ketiganya akan mempengaruhi wisatawan halal dan membawa perubahan,” kata Fazal.

Contoh yang diberikan CrescentRating adalah integrasi teknologi augmented reality guna memberikan pengetahuan budaya yang penting bagi para wisatawan Muslim, termasuk makanan bersertifikat Halal.

Berkembangnya chatbot yang didesain secara khusus untuk memberikan kepuasan akan kebutuhan-kebutuhan budaya dan keagamaan para wisatawan Muslim.

Proses pengajuan visa yang lebih mudah bagi para umat Muslim yang ingin bepergian ke Mekkah untuk menjalankan ibadah Umroh.

Augmented Reality (AR), realitas virtual, dan kecerdasan buatan didukung dengan meningkatnya penetrasi pemakaian smartphone, juga akan mendorong munculnya tren-tren baru yang mendefiniskan kembali setiap tahapan pengalaman wisata Muslim.Mulai dari perencanaan, pembelian, hingga berbagi pengalaman perjalanan.

Mastercard-CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2018, total pengeluaran para wisatawan Muslim secara global diperkirakan akan mencapai 220 miliar dollar AS pada 2020.

Pada 2020 diperkirakan akan ada pergerakan wisatawan Muslim sebanyak 156 juta wisatawan atau mewakili 10 persen dari segmen wisata global.

Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal, Anang Sutono, Foto:Dok

Sementara itu Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal, Anang Sutono mengemukakan, peluncuran IMTI bekerja sama dengan Mastercard-CrescentRating acuannya adalah  standar global Global Muslim Travel Index (GMTI).

“Muslim traveler di dunia pergerakannya luar biasa. Indonesia punya komitmen yang tinggi untuk menjadi global player dalam hal pariwisata halal. Menjadi global player pilihan yang tepat karena negara kita merupakan negara penduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia,” kata Anang.

Anang mengatakan, setidaknya ada 10 destinasi wisata halal yang dipilih dan dibina dalam bimbingan teknik menggunakan standar GMTI. Destinasi ini terdiri dari Aceh, Riau dan Kepulauan Riau, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur (Malang Raya), Lombok, dan Sulawesi Selatan (Makassar dan sekitarnya).

Ke-10 destinasi tersebut diberi pelatihan, dimonitoring dan dievaluasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing pariwisata halal Indonesia. Terlebih, saat ini Indonesia berada di peringkat ke-2 dunia.

“Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat kawasan wisata halal di dunia. Hal itu dikarenakan syarat penunjang seperti sarana dan prasarana serta pelayanan wisata halal yang ada di Indonesia mayoritas semuanya telah terpenuhi. Ini yang akan kita tingkatkan sehingga Indonesia menjadi negara peringakat pertama GMTI,” terang Anang.

(adh)

 

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya