Candi Borobudur Mini Menjadi Destinasi Baru Cianjur

Seorang pengunjung foto dengan latar belakang Candi di Kampung Gunungputri, Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Cianjur, Jawa Barat. Borobudur Mini ini sekarang menjadi destinasi baru. Foto:IG

JELAJAH NUSA – Candi Borobudur mini di Kampung Gunungputri, Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Cianjur, Jawa Barat, menjadi destinasi wisata baru bagi warga lokal dan wisatawan Jakarta, Bobor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Ii Susilawati (26), wisatawan asal Citeureup, Bogor, kepada wartawan Rabu, mengatakan, ia bersama lima temannya sengaja datang ke Gunungputri untuk melihat langsung candi mini setelah berkunjung ke Kebun Raya Cibodas.

Sebagian besar wisatawan dari luar kota mengetahui keberadaan tempat wisata yang berdiri di atas tanah pribadi seluas 8.000 meter itu dari media sosial.

Disebutkan  candi yang ada di situ seperti miniatur Candi Borobudur. Tentu dengan pemandangan alam disekitarnya yang tak kalah indahnya.

“Pertamakali tahu dari instagram ada mini candi di wilayah Cipanas-Puncak layaknya candi Borobudur di Jawa Tengah. Ternyata benar dan lokasinya di bawah kaki Gunung Gede-Pangrango,” katanya.

Ia menilai keberadaan mini candi sangat berpotensi dijadikan destinasi wisata baru di kawasan itu karena menjadi daya tarik bagi wisatawan, namun harus ditata lebih menarik dan rapih.

Senada dikatakan Isna (25) wisatawan asal Tanggerang-Banten, keberadaan mini Candi menjadi perhatian banyak orang karena biaya masuk yang murah hanya Rp5.000 satu motor dan Rp10,000 untuk mobil.

“Ditambah lokasinya mudah ditempuh dari Jalan Raya Puncak-Cianjur menuju Gunungputri yang merupakan pintu pendakian ke Gunung Gede-Pangrango. Kalau dilihat dari foto hp seperti berada di candi Borobudur,” katanya.

Sementara penunggu lahan candi mengatakan, sebenarnya keberadaan candi tersebut awalnya oleh pemilik lahan akan dibangun miniatur Candi Borobudur termasuk candi kecil yang mengelilingginya.

Namun belum tuntas keberadaan candi sempat ditolak warga sekitar karena dikhawatirkan akan disalahgunakan. “Saya hanya penunggu tidak ada tarif sebenarnya, pengunjung yang datang memberi uang untuk perawatan dan kebersihan,” kata Ismat.

Meskipun bangunan tersebut belum tuntas, tambah dia, sejak satu tahun terakhir banyak warga lokal dan luar kota datang ke lokasi yang terletak beberapa ratus meter sebelum pintu pendakian Gunung Gede-Pangarango. Bahkan sepanjang libur hari raya setiap hari seratusan orang datang ke tempat tersebut.

(adh/ant)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya