Anies Baswedan Kunjungi Museum Tionghoa Bandung, Beberapa Dialog Ini Muncul

KLIKNUSAE.com – Bakal calon presiden RI Anies Baswedan mengunjungi Museum Kebudayaan Indonesia Tionghoa di Jalan Nana Rohana, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu 26 Agustus 2023.

Anies yang mengenakan batik warna merah bercorak pink berpadu hitam disambut Ketua Panitia Pelaksana Acara Henry Husada.

Beberapa pengurus museum dan Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP)—tampak ikut menyambut Anies ketika turun dari kendaraan.

Calon presiden dari  Koalisi Perubahan untuk Persatuan ini, didampingi sejumlah kader dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Barat. Diantarnya,  Siti Muntamah dan Ketua DPRD Kota Bandung, Teddy Rusmawan.

Anies bersama rombongan tiba di Museum Kebudayaan Indonesia Tionghoa sekitar pukul 11.25 WIB.

Anies Baswedan menerima katalog Museum Kebudayaan Tionghoa Indonesia dari Tokoh Pengusaha Jawa Barat, Henry Husada. Foto: Kliknusae.com/Adhi

Mantan gubernur DKI Jakarta itu kemudian diajak oleh tim dari Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP), selaku pengelola museum, untuk berkeliling.

Di museum, Anies mendapatkan penjelasan terakit etnis Tionghoa. Mulai pertama datang ke Indonesia, membantu mengusir penjajah, hingga peran etnis Tionghoa dalam membangun Indonesia hingga saat ini.

Berbicara tentang kesetaraan

Pada kesempatan itu pun Anies diajak berdialog bersama warga Tionghoa. Di sana, Anies berbicara tentang kesetaraan hingga ekonomi.

BACA JUGA: Museum Kebudayaan Tionghoa, Fakta Tak Terpisahkan dari Bagian Indonesia

KLIKNUSAE.com, berkempatan ikut masuk ke dalam ruangan VIP yang hanya dihadiri beberapa pengurus museum dan Yayasan. Ada beberapa dialog singkat yang disampaikan dalam kesempatan tersebut.

“Pak Anies, kami yang hadir disini, dari berbagai organisasi kemasyarakatan. Tidak berafiliasi dengan salah satu partai dan tidak berpolitik copras-capres manapun. Tapi, kami menyadari bahwa masing-masing ini punya hak politik,” kata Ketua Harian Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Jawa Barat, Dr Djoni Toat SH MM saat membuka dialog.

 

Sambutan Ketua Panitia Acara Henry Husada–yang juga sebagai Wakil Ketua Umum Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Koordinasi Wilayah DKI, Jabar, dan Banten. Foto: Kliknusae.com/Adhi

“Oleh sebab itu, kami harapkan, nanti ketika Pak Anies ada di atas (ruang audiensi) bisa memberikan pandangannya ke depan, terhadap keberlangsungan negeri ini,” tambah Tjoni.

Jangan Takut Bertanya

Sementara itu Ketua YDSP  Herman Widjaya mengucapkan terima kasih karena Anies Baswedan yang bersedia hadir.

“Terima kepada pak Anies, sudah bisa hadir di tempat kami. Jadi, mungkin nanti akan banyak pertanyaan kepada pak Anies,” kata Herman membuka dialog.

BACA JUGA: PSMTI Terus Berkomitmen Pentingnya Merawat Nilai-nilai Kebangsaan

Menanggapi sambutan Herman, Anies pun balik menyampaikan terima kasih karena sudah bisa bertemu dengan masyarakat Tionghoa di Kota Bandung, Jawa Barat.

Ia menyebutkan bahwa selama ini yang sering terjadi adalah, informasi yang tidak selalu lengkap.

Anies Baswedan membaca salah satu diorama yang dipamerkan di Museum Kebudayaan Tionghoa Indonesia. Foto: Kliknusae.com/Adhi

“Jadi, ini kesempatan yang baik untuk kita berdialog. Jangan takut bertanya apa pun kepada saya,” kata Anies.

Termasuk, pertanyaan yang mungkin bagi yang mengucapkan tidak tega untuk menyampaikannya.

“Gak apa-apa, sampaikan saja. Kalau tidak tega, katakan saja, ini kata WA. Ungkapkan saja. Dan izinkan saya, untuk merespon itu saat pertemuan di acara audiensi nanti,” ujar Anies.

BACA JUGA: Henry Husada Berharap Pelaksanaan FIKI Bisa Berdampak Positif Bagi UMKM

Ditempat yang sama, Henry Husada Ketua Panitia Pelaksana Acara Pertemuan dengan Anies Baswedan mengemukakan bahwa dirinya cukup mengenal baik sosok Anies.

“Saya bukan memuji, tapi ini kenyataan. Pak Anies, tidak banyak berubah. Dulu sebelum menjadi menteri dan sesudah tidak menjadi menteri hubungan dengan kita tetap baik. Selalu menyambut kami dengan tangan terbuka,” kata Henry saat memberikan sambutan di panggung acara.

Salah seorang undangan bertanya kepada Anies Baswedan dalam sesi dialog. Foto: Kliknusae.com/Adhi

“Begitu pun, ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta, kita beberapa kali ketemu, semua dilayani dengan baik oleh pak Anies,” sambung Henry.

Pada kesempatan itu, Henry juga menyambungkan pertanyaan dari masyarakat Tionghoa terkait pencalonannya jadi presiden RI.

“Bila jadi presiden, kami kaum minoritas, bagaimana nasibnya Pak Anies? Harapannya, kami diberi kesempatan yang luas, meski minoritas, orang Tionghoa cinta tanah air dan Indoensia,” tanya Henry.

Melihat Rekam Jejak

Mendapat pertanyaan tersebut, Anies Baswedan kemudian menjawab dengan meminta masyarakat melihat rekam jejak, ketika dia menjadi Gubernur DKI Jakarta dan Meneri Pendidikan kabinet Jokowi.

Dia menceritakan, sewaktu menjadi gubernur, ia memberikan kesempatan kepada warga keturunan Tionghoa di Jakarta yang menginginkan membangun kembali gerbang Pecinan yang dihancurkan penjajah Jepang.

“Kami ijinkan. Sebelumnya, tak ada gubernur yang bisa, karena alasan rumit. Gerbang Pecinan kembali dibangun dan tidak ada masalah,” jawab Anies Baswedan.

Dia juga mencontohkan, warga Kristen yang bisa memasang pohon natal di Jalan Thamrin.

Anies Baswedan foto berama dengan masyarakat Tionghoa Bandung. Foto: Kliknusae.com/Adhi

“Yang muslim boleh takbiran. Kristen saat Natalan pun boleh memasang pohon natal di Thamrin. Ini prinsip kesetaraan,” ujarnya.

Contoh lain, saat Anies Baswedan menjadi Menteri Pendidikan membuka program Indonesia Mengajar.

Ada seorang lulusan sarjana yang wajah dan kulitnya terlihat sangat berbeda dengan wilayah tempat mengajar. Warga setempat mayoritas Muslim, dan dia Kristen.

BACA JUGA: Museum Transportasi di TMII akan Pamerkan Kendaraan Listrik Indonesia

Menghilangkan Keraguan

Anies meminta peserta ini untuk berangkat ke lokasi pengabdian yang menghilangkan keraguan dan persepsi negatif soal dirinya yang berbeda.

“Ceritanya sangat mengagumkan. Di saat anak ini ketakutan, warga rupanya juga ikut rapat siapa yang bersedia, rumahnya ditempati selama setahun. Ternyata, sambutan warga sangat baik, dan melebur seperti sebuah keluarga,” jelasnya.

Anies Baswedan mengatakan, pendiri republik ini, tak pernah mengatakan soal minoritas mayoritas. Tapi golongan. Artinya, kecil atau besar setara dalam negara.

Anies Baswedan memberikan buku “Anies” kepada Ketua Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) Herman Widjaya. Foto: Kliknusae.com/Adhi

“Republik ini bukan untuk melindungi mayoritas atau minoritas, tapi untuk setiap anak,” ujarnya.

Dalam acara pertemuan ini, hadir berbagai kalangan dari masyarakat Tionghoa. Diantaranya:

– YDSP ( yayasan dana sosial priangan )

– Yayasan Harmonis ( Hok Cia )

– Yayasan Harapan Kasih ( Haka )

– Yayasan Minnan

– Yayasana Mutiara ( Kong Hu )

– PSMTI Jabar

– Perkumpulan Pengusaha Taiwan Bdg

– Perkumpulan Santung

– Marga Tan

– Marga wen

– Marga-marga lain nya

– Lions club Se-Bandung Raya

– PITI persatuan Islam Tionghoa

– Gereja-gereja GII Hok Im Tong

– Ormas-ormas Tionghoa

– Pengusaha Tionghoa Bdg

***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya