Paket Wisata Indonesia Dinilai Makin Menarik

Menteri Pariwisata Arief Yahya saat mengunjungi both Indonesia yang ikut dalam Natas Travel Fair 2019 yang berlangsung di Hall 5, Singapore Expo, Singapura dari 22-24 Februari 2019 lalu. Foto:DokPar

Klik nusae –  Paket wisata yang di tawarkan industri perjalanan tanah air dinilai makin menarik. Indikator ini terlihat dari meningkatnya transaksi di Natas Travel Fair 2019 yang berlangsung di Hall 5, Singapore Expo, Singapura dari 22-24 Februari 2019 lalu.

Jumlah transaksi tahun ini naik signifikan yakni mencapai 20,39 miliar (120% ) bila dikomparasi dengan raihan transaksi Natas 2018.

“Kami tentu gembira melihat akselerasi pariwisata Indonesia di Natas 2019. Industri pariwisata bisa optimal bekerja. Raihan transaksi hingga Rp20,39 Miliar ini lompatan luar biasa. Mengacu hasil tersebut, pariwisata Indonesia saat ini semakin kompetitif,” demikian disampaikan  Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani, Rabu (27/2/2019).

Rizki Handayani menambahkan, kenaikan transaksi ini menjadi indikasi paket wisata yang ditawarkan industri sangat menarik.

Pada Natas 2018, Indonesia membukukan angka Rp9,24 miliar. Nilai ini sudah naik 64% dari tahun sebelumnya. Dalam edisi Natas 2016, Indonesia hanya membukukan angka Rp6,83 miliar.

“Aliran devisa semakin optimal. Publik mancanegara makin percaya dengan kualitas produk pariwisata Indonesia. Sebab, paket yang ditawarkan oleh industri pariwisata Indonesia ini sangat menarik. Dari sisi harga juga kompetitif. Artinya, experience luar biasa yang didapatkan sepadan,” tutur wanita yang biasa disapa Kiki itu.

Optimalnya income tidak lepas dari strategi selling yang diterapkan di Natas 2019.

TA/TO lokal banyak yang menjual paket adventure ke seluruh Indonesia.

Harga paketnya lebih mahal. Menariknya lagi, length of stay wisman lebih lama.

Ilustrasinya, paket wisata Raja Ampat dibanderol SGD20.000 per pax dan memiliki durasi 6 Day 5 Night (6D5N).

Harga kompetitif juga diberikan bagi 3 destinasi.

Ada Bali, Toraja, dan Lombok. Banderol yang diberikan adalah SGD1.900 per pax.

Untuk paket 7D6N, Bali dan Komodo diberikan label SGD1.700 per pax. Paket wisata menuju Borneo memiliki durasi 10D9N.

Asdep Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati menerangkan, pasar Singapura memberikan respon positif.

“TA/TO memang mendorong pasar Natas 2019 dengan paket wisata untuk seluruh destinasi Indonesia. Menariknya lagi, pasar Natas 2019 ternyata meresponnya dengan sangat positif. Mereka tertarik untuk mengekplorasi destinasi yang jauh, meski costly. Ini jadi fakta yang menjanjikan,” terang Dessy.

Mengejar kualitas transaksi,aliran devisa Rp20,39 miliar dihasilkan dari penjualan 2.663 pax.

Uniknya, rapor penjualan total pax tersebut turun -14,59% dari 2018.

Selisih penurunannya hingga 455 pax. Sebab, pada NATAS 2018 jumlah paket wisata yang terjual hingga 3.118 pax.

Namun, dari 3.118 pax hanya bisa dicairkan menjadi Rp9,24 miliar.

“Strategi selling yang diterapkan memang banyak mengalami perubahan. Kami tawarkan sesuatu yang baru. Meski demikian, hasil ini tetap akan dievaluasi. Sebab, optimalisasi masih bisa dilakukan untuk pasar Singapura ini. Kami yakin, kualitas dan kuantitas masih bisa didorong lagi,” jelas Dessy.

Indonesia turun full team di NATAS 2019. Total ada 24 industri pariwisata yang dilibatkan.

Mereka ini berasal dari TA/TO, Akomodasi, Atraksi Wisata, dan Airlines.

Disertakan juga 4 Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau, Jakarta, Jatim, dan Belitung. Untuk industri, terbagi dalam 10 zona asal daerah plus Garuda Indonesia sebagai Airlines.

5 industri pariwisata diberikan pada Kepulauan Riau dan Jakarta. Zona Jawa Timur mengirimkan 4 TA/TO, lalu ada 3 TA/TO dari Pulau Dewata Bali. Jawa Barat diberikan 2 slot TA/TO.

Masing-masing 1 slot TA/TO dibagi merata Sumatera Utara, Kalimantan, Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Barat.

“Kami libatkan industri dari berbagai daerah. Sebab, Karakter pasar Singapura ini unik. Pasar ini tidak seluruhnya murni milik publik Singapura. Ada juga pengunjung dari negara lain,” papar Kepala Bidang Pengembangan Pemasaran Area III Regional I Florida Pardosi.

Secara postur, lanjut Florida,pasar Singapura lebih manjemuk. Tingkat diversitasnya sangat tinggi.

Dan, ini menjadi menarik untuk dioptimalkan.

Apresiasi harus diberikan bagi capaian lonjakan devisa 120%. Berstatus National Tourism Organization, Indonesia harus berbagai space dengan 10 peserta lain.

Negara tersebut diantaranya, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Sri Lanka, dan Uzbekistan.

Ada juga Perth (Western Australia) dan New Zealand.

Sementara itu Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, Natas 2019 memiliki efek makro positif yang besar.

“Menaikan income hingga 120% sangat luar biasa. Inovasi strategi selling yang dipakai harus apresiasi. Kami yakin, pasar Singapura ini akan terus dioptimalkan ke depan dengan tren naik. Terlepas dari itu, NATAS 2019 ini memiliki value jangka panjang yang besar. Pariwisata Indonesia punya ruang branding dan advertising besar di NATAS ini,” tutup Menpar.

(adh)

 

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya