Begini Penanganan Wisatawan Jika Gunung Agung Erupsi

Kondisi Gunung Agung,Selasa (25/9/2019) diambil dari kawasan Bunutan, Amed, Karangasem, Bali yang berjarak sekitar 16 Km. Foto:IG-aionabali

JELAJAH NUSA – Aktivasi Gunung Agung di Bali yang terus meningkat menjadi perhatian serius kementerian pariwisata. Apalagi Bali menjadi sentra pariwisata dunia yang mau tidak mau harus menjadi concern pemerintah, terutama dalam memberikan rasa nyaman terhadap turis asing.

Oleh sebab itu, Kementerian Pariwisata tengah menyusun rencana penanganan wisatawan di Bali bila Gunung Agung mengalami erupsi. Hal itu sebagai langkah antisipasi penanganan wisatawan saat terjadi bencana erupsi.

“Malam ini (rencana antisipasi) dilaporkan saya. Setelah rapat koordinasi, Prof Pitana akan memimpin di Bali. Minggu depan akan saya yang mimpin. Semua industri pariwisata akan saya kumpulkan,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya di sela-sela Rapat Koordinasi Nasional Kepariwisataan Ke-III di Jakarta, Selasa (26/9/2017).

Ia mengatakan rencana antisipasi tersebut akan berfokus pada faktor akses, amenitas, dan atraksi. Menurutnya, bila terjadi erupsi, ketiga faktor tersebut harus diperhatikan.

“Seandainya terjadi erupsi, itu (industri wisata) mau beri apa. Rumusnya 3A. Harus ada atraksi. Akomodasi lalu apa mesti bayar 50 persen, 40 persen dari normal price. Aksesnya, kalau bulan ini erupsi itu ke barat (debu vulkanik) katanya, berarti kita harus ke timur ke Lombok. itu yang kita atur,” jelasnya.

“Saya kasih contoh, jadi bandara mana saja yang bisa digunakan, busnya siapa yang menyediakan, kalau mereka harus tertunda kepulangannya, apa yang bisa diberikan oleh hotel, akomodasilah. Tidak fair kalau kita mencharge 100 persen. Kan mereka tak niat berlama-lama, itu yang sedang dibuat,” tambahnya.

Ia menekankan Kementerian Pariwisata berfokus pada pelayanan terhadap wisatawan. Arief menyebut peristiwa Gunung Agung akan ditangani sesuai tanggung jawab kementerian.

Suasana kawasan wisata di Ubud Bali masih berjalan normal. Wisatawan mancanegara tetap menikmati keindahan Pulau Dewata ini.
Foto:Jelajah Nusa/Adhi

“Kalau yang pengungsi, ini mohon maaf ada Kemensos (Kementerian Sosial) maksud saya. Wisatawan itu tanggung jawab Kemenpar. Kamu (wartawan) jangan salah tulis ya, bukan tidak peduli sama saudara-saudara di sana tapi ada Kemensos. Kami akan lebih fokus kepada wisatawan untuk melayani,” ujarnya.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologis (PVMBG) menaikkan status Gunung Agung dari level III (siaga) menjadi level IV (awas). Naiknya status ditetapkan pada Jumat (22/9/2017) malam pukul 20.30 Wita.

Dengan penetapan status awas maka warga, wisatawan, atau pendaki dihimbau tidak beraktivitas pada radius 9 km ditambah perluasan sektoral ke arah utara, tenggara dan selatan-baratdaya sejauh 12 kilometer.

Wakil Ketua DPP IHGMA, Ramia Adyana menghimbau anggota anggota IHGMA Chapter Bali untuk siaga memantau Gunung Agung. Foto: Jelajah Nusa/Adhi

Sementara itu Wakil Ketua DPP International Hotel General Manager Hotel (IHGMA) Ramia Adyana mengemukakan Meski Gunung Agung mengalami peningkatan status kegunungapian, industri pariwisata Bali tak terganggu.

“Aktivitas pariwisata disini berjalan normal. Banyak turis yang menginap tetap merasa nyaman. Namun demikian kami selalu update soal status Gunung Agung sebagai referensi bagi wisatawan yang bertanya,” kata Ramia yang juga General Manager H Sovereign Tuban, Bali ini, Rabu (27/9/2017)

Wisman sedang menikmati keindahan alam persawahan di Ubud. Foto:Jelajah Nusa/Adhi

Dibagian lain, Ketua Tim Crisis Center Kementerian Pariwisata, Ngurah Putra, mencatat hingga Sabtu (25/9/2017) tak ada wisatawan yang membatalkan perjalanan menuju Bali. Selain itu, ia juga melaporkan tak ada wisatawan yang mempercepat kepulangannya karena status Gunung Agung.

“Kemarin kita disampaikan dari PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) itu terjadi pembatalan di tempat-tempat yang termasuk ke dalam sisi yang steril. Mereka dialihkan ke Bali Selatan seperti Kuta dan Sanur,” kata Ngurah.

Ngurah juga mengatakan tak ada penerbangan ke Bali yang dibatalkan. Hingga saat ini, Bandara Ngurah Rai Bali tetap melayani penumpang yang datang maupun pergi.

Ketua PHRI Kabupaten Karangasem, I Wayan Tana dalam keterangan tertulisnya mengatakan hotel-hotel di kabupaten Karangasem masih menerima reservasi kamar sampai dengan Oktober 2017.

Kawasan paling favorit untuk wisman adalah hiburan malam Legian. Mereka tak terganggu dengan aktivitas Gunung Agung. Foto: Jelajah Nusa/Adhi

Selain itu, ada beberapa travel agent yang sudah mengarahkan tamu dari Kabupaten Karangasem ke kabupaten Badung Selatan.

“Memang terjadi pembatalan, namun angkanya tak terlalu signifikan,” kata Wayan Tana.

Ketua Associations of Indonesia Tour and Travel Agencies (ASITA) Bali, I Ketut Ardana mengatakan belum ada pembatalan paket wisata secara grup yang berarti. Menurutnya, hanya beberapa wisatawan Free Individual Traveler (FIT) yang membatalkan.

“Untuk wisatawan yang sudah booking dan akan datang jika ada program tur-nya ke Karangasem maka kita alihkan ke obyek wisata lainnya,” kata Ketut.

Masih menurut Ramia, semua pelaku usaha perhotelan di Bali terus bergerak untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk jika Gunung Agung benar-benar mengalami erupsi. Termasuk para GM hotel yang merupakan anggota IHGMA silih berganti memberikan informasi-informasi terkini terkait ancaman letusan Gunung Agung.

“Kami selalu memberikan informasi terkini soal Gunung Agung, supaya wisatawan yang berlibur di Bali benar-benar tetap tak terganggu,” tambahnya.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya