Untung Rugi Ikut OTA, Begini Cara Menghadapinya

Ketua Indonesian Hotel General Manager Assosiation (IHGMA) Jawa Barat Iwan Rismawardani. Foto:Klik nusae/adhi

Klik nusae – Penawaran kamar hotel di Indonesia dibanjiri oleh system Online Travel Agent (OTA).Ada Traveloka,Tiket,com,Pegipegi.com,Boking.com,dan banyak lagi lainnya. Bahkan belakangan muncul fenomena baru dengan hadirnya Virtual Hotel Operator (VHO).

Akibatnya,perang tarif pun tak terhindarkan. Memang disisi konsumen sangat diuntungkan oleh kompetisi ini. Bayangkan, ada hotel dengan fasilitas yang menarik cukup hanya dengan Rp.150.000 per malam.

Lalu bagaimana dengan pemilik hotel itu sendiri. Diuntungkankah dengan OTA dan VHO ini. Atau sebaliknya tingkat hunian kamar menjadi tak terkendali.

Ketua Indonesian Hotel General Manager Assosiation (IHGMA) Jawa Barat Iwan Rismawardani, Senin (15/4/2019) memberikan beberapa tips agar pengelola hotel tetap bisa melewati masa-masa penuh tantangan seperti sekarang.

Menurut Iwan, Sales & Marketing adalah  dua hal yang berbeda maksud dan tujuannya. Sales adalah mempersiapkan strategy penjualan yang tepat sesuai  denga kajian apa segment market yang ingin dituju. Yang terpenting adalah terus merawat fasilitas yang baik,positioning serta konsistensi pelayanan

“Ketika kita sudah mendapatkan tamu. Apa yang kita jual harus sesuai dengan janji marketing yang sudah diinformasikan kepada tamu,” katanya.

Sedangkan Marketing,bagimana kita merancang strategy pemasaran  sesuai dengan produk kita. Pemasaran yang tepat akan memberikan dampak kepada penjualan.

“Pemasaran keterkaitan dengan suatu brand. Membesarkan branding butuh waktu dan konsistensi yang berkelanjutan. Kalau pemasaran tidak terarah dan tidak terencana dengan baik, maka hal itu sangat berdampak kepada branding dan positioning kita,” papar Iwan yang juga General Manager di Galeri Ciumbuleuit Hotel & Apartment Bandung ini.

Diakui Iwan, keberadaan OTA sangat berpengaruh kepada tingkat hunian suatu hotel. Memang,semestinya suatu hotel menerima mitra OTA  sesuai dengan konsep hotel itu sendiri.

“Hari ini kondisi terbalik. Semua hotel membutuhkan OTA , bahkan terkesan pasrah menyerahkan untuk mengisi  kamar hotelnya. Tentu ada alas an tersendiri. Bisa karena  tingkat hunian kota rendah,” tambah Iwan.

Kuncinya agar hotel tak larut dan pasrah menerima penawaran OTA adalah, pengelola hotel harus memiliki perencanaan yang baik. Tetap konsisten menjaga Market Segment yang sudah berjalan selama ini.

“Jadi jangan  sepenuhnya mengandalkan OTA. Bahkan bila perlu kita  memberi allotment yang tidak terlalu banyak untuk OTA,” tandasnya.

Memang untuk hotel-hotel kecil  OTA cukup memberikan keuntungan.Hanya saja tanpa disadari persaingan OTA sekarang sungguh luar biasa, khususnya dalam memberikan harga semurah-murahnya.

“Iya, secara okupansi bisa membantu. Tetapi dari segi pendapatan sangat rendah karena OTA selalu memberikan promo-promo  untuk menarik minat tamu agar menginap,” ujar Iwan.

Terakhir Iwan kembali mengingatkan dalam kondisi persaingan yang begitu ketat seperti sekarang, salah satu yang tak boleh ditinggalkan adalah tetap menjaga konsistensi kualitas pelayanan yang memberi kesan baik kepada tamu.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya