Tak Perlu Khawatir Wisatawan Turun Pasca Tsunami
JELAJAH NUSA – Bencana tsunami yang melanda Banten dan Lampung tidak akan mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan secara signifikan. Apalagi secara tren, kawasan Anyer dan pantai utara Banten bukan destinasi incaran wisatawan mancanegara.
“Dua kawasan wisata seperti Anyer,Carita dan pantai Banten selama ini umumnya didominasi turis domestik,” Ketua Tourism Crisis Center yang juga Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata Guntur Sakti, kemarin.
Guntur berkeyakinan bahwa tsunami ini akan cepat berlalu dan aktivitas wisata kembali akan berjalan seperti biasa.
Sehingga kondisi ini diharapkan bisa lebih baik dibandingkan bencana gempa bumi berkekuatan 6,4 skala Richter yang melanda Lombok pada 29 Juli 2018 silam.
Kala itu, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Lombok turun 100 ribu orang antara 6 Agustus hingga 6 September 2018.
“Kalau di sepanjang Anyer memang komposisi wisatawan mancanegara tidak begitu tinggi karena ini didominasi domestik,” ulangnya.Meski demikian, bukan berarti penanganan yang dilakukan Kemenpar tidak maksimal.
Guntur mengatakan, saat ini Kemenpar tengah memantau kondisi destinasi wisata di sepanjang Pantai Anyer dan Carita, yang disebutnya sebagai titik paling parah dari bencana tersebut.
Pemantauan itu bertujuan untuk mendata aksesibilitas pariwisata, amenitas, maupun atraksi alam yang porak poranda akibat tsunami.
Sejauh ini, Kemenpar telah mendata sebagian aksesibilitas, amenitas, dan atraksi wisata di Anyer serta telah menggolongkannya ke tiga tingkat kerusakan yakni ringan, sedang, dan parah. Dari seluruh aspek tersebut, menurutnya masalah aksesibilitas bisa diatasi terlebih dulu.
“Aksesibilitas sepanjang jalur Pantai Anyer hari ini bisa 80 persen lancar. Pembersihan dari puing-puing yang berserakan sampai kepada pasir yang menumpuk,” jelas Guntur.
Lalu di sepanjang jalan terlihat PT PLN (Perseo) dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) sudah melakukan rehabilitasi dan normalisasi.
“Penerangan mereka targetkan sudah kembali normal esok hari,” ungkap Guntur
Selain itu, Kemenpar juga telah membuka Tourism Crisis Center di kawasan Anyer untuk memberikan bantuan informasi kepada wisatawan.
Hanya saja, manajemen krisis di Banten disebutnya lebih ringan ketimbang gempa bumi Lombok beberapa waktu lalu.
Sebab menurutnya, peristiwa tsunami Selat Sunda ini terjadi di malam hari, di mana wisatawan tidak melakukan aktivitas wisata di pantai.
Hal ini berbeda dengan gempa Lombok, di mana Kemenpar memberikan transportasi, konsumsi, dan administrasi keiimigrasian kepada turis lantaran gempa bumi terjadi saat siang hari, atau tepat kala aktivitas wisata sedang marak-maraknya.
Untuk menghindari risiko bencana lebih jauh, Guntur mengimbau masyarakat untuk menghindar dari Anyer dan sekitarnya di musim liburan akhir tahun dan memilih lokasi wisata yang relatif lebih aman.
Namun, ia tidak menyebut lamanya jangka waktu yang diperlukan bagi masyarakat untuk menghindari Anyer.
“Ada baiknya semua anjuran pemberitahuan dari lembaga resmi dan Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB). Saya meyakini ini fase tanggap darurat, fokus saat ini bukan berwisata tapi penyelamatan kepada korban,” kata Guntur.
Bencana tsunami ini terjadi pada Sabtu (22/12) malam pada pukul 21.24 di Lampung Selatan dan Banten.
Badan Meteorologi, Klimatologi , dan Geofisika (BMKG) menuturkan aktivitas ini disebabkan longsoran kepundan Gunung Anak Krakatau seluas 64 hektare (ha) yang menghempas Selat Sunda.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut jumlah korban tewas akibat tsunami Selat Sunda mencapai 281 orang.
Sementara, 1.016 lainnya mengalami luka-luka, dan 57 orang masih dinyatakan hilang.
(adh)