Sejak 1300 Tahun Gunung Agung Pemberi Berkah

Pelepasan balon ke udara menandai dimulainya Sarasehan Damai. Foto:Ist

JELAJAH NUSA – Sejak dahulu Gunung Agung adalah pemberi berkah yang melimpah kepada Pulau Bali. Kenapa pada Tahun 1963 saat Gunung Agung erupsi timbul banyak korban karena masyarakat salah mengantisipasi.

“Mestinya penduduk menjauhkan diri, jangan malah diam di tempat,”  pesan Ketua Umum Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beraama (FKUB), Ida Penglingsir Aung Putra Sukahet ketika memberikan pandangan tentang peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung dalam Sarasehan Damai Tokoh Pariwisata Bali di Gong Perdamaian Kertalangu,  Minggu, (1/10/2017) malam.

Setelah peristiwa itu Bali banyak mendapat berkah, tanah sangat subur, pasir melimpah sehingga menjadi berkah bagi rakyat Bali.

“Jadi, tolong jangan mengartikan sebagai bencana tetapi maknai sebagai berkah dan sesuatu yang indah,” kata Ida Penglingsir.

Menurut Sukahet, dirinya  tidak berani menyebut sebagai bencana terkait peningkatan aktivitas Gunung Agung, karena itu adalah anugerah Tuhan Yang Mahaesa.

“Jika kita mengikuti sejarah sejak 1300 tahun, setiap Gunung Agung meletus itu adalah berkah. Hanya saja pada 1963 itu orang Bali salah antisipasi,” papar Ia Penglingsir yang  menyaksikan saat Gunung Agung meletus tahun 1963.

Ketua PHRI Bali, Cokorde Artha Ardana Sukawati–Cok Ace (kiri berpakaian putih) saat berbincang-bincang dengan Ketua Umum Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beraama (FKUB), Ida Penglingsir Aung Putra Sukahet sebelum memulai sarasehan damai. Foto:Ist

Sejak 1300 tahun, katanya, Pura Besakih tetap utuh. Oleh karena itu, ia  yakin bahwa Pura Besakih akan tetap aman, apa pun yang terjadi dengan Gunung Agung. Oleh sebab itu, ia bmengajak masyarakat agar jangan menganggap bahwa peningkatan aktivitas Gunung Agung itu sebagai bencana, tapi justru sebaliknya adalah berkah.

Ida Penglingsir sangat menyayangkan gencarnya pemberitaan tentang Gunung Agung sehingga merugikan aktivitas pariwisata Bali.

Akibat pemberitaan itu, pemerintah meminta masyarakat segera menjauhi zone berbahaya sampai 12 kilometer. Padahal belum terjadi apa-apa. Antisipasi yang salah akan sangat merugikan dunia pariwisata Bali.

Oleh karena itu, beliau meminta komponen dan tokoh-tokoh pariwisata agar mengcounter pemberitaan yang terlalu berlebihan terhadap Gunung Agung.

“Saya mengajak para pegiat pariwisata untuk mengkampanyekan bahwa aktivitas Gunung Agung itu justru menarik sebagai atraksi jika memang erupsi. Sampaikan kepada turis di seluruh dunia bahwa Gunung Agung bisa menjadi sangat indah, so beautiful,” tegasnya.

Hai para turis di seluruh dunia, datanglah ke Bali beramai-ramai, mari nikmati keindahan  Gunung Agung.  Jika pun memang erupsi, toh penerbangan tetap aman. Pemberitaan yang menyudutkan Bali soal Gunung Agung harus cepat-cepat di-counter dengan diplomasi terbalik bahwa Gunung Agung tetap indah dan menarik sehingga touris tetap mau datang” paparnya.

Sementara itu, Ketua PHRI Bali,  Cokorde Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) mengatakan hal senada.

“Mari jadikan Gunung Agun sebagai atraksi. Peristiwa yang terjadi terkait Gunung Agung mengajak kita orang Bali harus merenung. Mungkin ini sebagai suatu peringatan bahwa kita harus tetap menjaga Ibu Pertiwi dan berhentilah memperkosa karena nafsu serakah,” katanya.

Peserta sarasehan saat meninjau Monumen Pancasila. Foto:ist

Soal aktivitas Gunung Agung, serahkan kepada Tuhan Yang Mahaesa.

“Kita tidak bisa melawan kehendak alam. Apa pun yang akan terjadi itu adalah kehendak alam. Kita harus terima dengan lapang dada,” lanjutnya.

Dibagian lain, Ketua Umum Paiketan Krama Bali,  Agung Suryawan Wiranatha, menyarankan agar panitia membuat video singkat testimoni tentang Gunung Agung dari para sesepuh dan tetua kita yang menyaksikan langsung peristiwa itu kemudian dishare secara luas di media sosial.

Menurut Agung Suryawan, ini penting untuk mengcounter pemberitaan yan sangat berlebihan yang merugikan pariwisata Bali tentang Gunung Agung.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya