Disbudpar Bojonegoro Akan Tampilkan Tari “Encek Grenjeng”

Para penari Kayangan Api asal Bojonegoro ini akan tam[pil dalam acara HUT Kabipaten Oktober mendatang. Mereka belum lama ini sebagai wakil Jatim mampu keluar sebagai juara nasional dalam festival karya tari beberapa waktu lalu. Foto:IG

JELAJAH NUSA – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, akan menampilkan Tari “Encek Grenjeng” yang mengadopsi upacara adat di Desa Straturejo, Kecamatan Baureno, dalam HUT kabupaten ke-341 pada Oktober nanti.

Kepala Bidang Budaya Disbudpar Kabupaten Bojonegoro Taufiq Amrullah, di Bojonegoro, Senin, menjelaskan, tari “Encek Grenjeng” akan ditampilkan dalam HUT ke-341 kabupaten, meski pada festival karya tari se-Jawa Timur, hanya menduduki posisi keempat penyaji unggulan.

“Tari ‘Encek Grenjeng’ tetap kkami tampilkan dalam HUT kabupaten, sebab merupakan karya tari baru hasil koreografer sini,” ucapnya menegaskan.

Di dalam festival karya tari se-Jatim untuk penyaji unggulan yaitu karya tari dari Jombang, Pasuruan dan Tulungagung, menyusul kemudian Bojonegoro urutan keempat.

Sedangkan dalam festival karya tari itu yang terpilih sebagai penyaji terbaik yaitu Banyuwangi, Lamongan dan Ponorogo. Salah satu karya tari itu nantinya akan mewakili Jatim, dalam festival karya tari tingkat nasional.

Menurut dia, kekurangan para penari tari “Encek Grenjeng” dalam festival karya tari se-Jatim, di Surabaya, pekan lalu, antara lain, jadwal waktu latihan yang pendek, juga para penari masih belum matang.

“Sembilan penari “Encek Grenjeng” semuanya penari pemula, sebab untuk regenerasi,” ucap Koreografer Disbudpar Bojonegoro Deny Ike Kirmayanti menambahkan.

Upacara adat di Desa Straturejo itu, mengambarkan upacara adat sedekah bumi sebagai bentuk penghormatan kepada sepasang leluhur desa setempat yaitu Akuwu Basunanda dan Nyi Lebdasari. Upacara adat itu kemudian diadopsi menjadi tari dengan judul “Encek Grenjeng”.

Di dalam upacara adat itu digambarkan ada iring-iringan “encek” (wadah) berisi sajian gunungan hasil bumi dan makanan simbul rasa syukur dan suka cita masyarakat yang sudah menjadi tradisi dilengkapi disajikan hiburan tayub.

Sebelumnya, diawali dengan pensucian diri di sumur Nganten yaitu tempat sepasang leluhur itu mensucikan diri selepas dari tawanan para pemberontak.

Yang jelas, lanjut dia, karya tari “Encek Grenjeng” menambah perbendaharaan karya tari khas daerahnya. Sebelum itu, juga sudah lahir sejumlah karya tari baru, antara lain, tari Kayangan Api sebagai wakil Jatim mampu keluar sebagai juara nasional dalam festival karya tari pada 2016.

(adh/ant)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya