Perlu Pemahaman Bersama Membangun Pariwisata Babel

Sekretaris Daerah (Setda) Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung Yan Megawandi saat membuka Bangka Culture Wave 2018. Foto:Klik nusae/Adhi

JELAJAH NUSA  – Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung saat ini sedang berupaya menyelesaikan rencana zonasi tata ruang laut,pesisir dan pulau-pulau kecil. Finalisasi ini sangat penting bagi pengembangan pariwisata di masa yang akan datang.

“Hanya satu diantara kesulitan kita adalah bagaimana membagi ruang,terutama di pesisir dan pantai. Disatu sisi kita punya kekayaan alam luar biasa (biji timah)  sebagai cadangan terbesar di Indonesia,namun disisi lain juga ada keunggulan daya tarik wisata disini, termasuk perikanan,” demikian disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung,Yan Megawandi  ketika ditemui Klik nusae, Senin (26/3/2018).

Menurut Yan-yang pernah menjabat Kadis Kebudayaan dan Pariwisata ini, dalam perencanaan zonasi tata ruang laut tersebut perlu dibangun sinergitas yang kuat antara berbagai lembaga terkait. Namun demikian, kendati semua kewenangan ada di Provinsi Babel koordinasi dengan pemerintah pusat yang menjaga masing-masing sektor sangat diperlukan.

“Pak Gubernur juga sudah meminta bantuan pemerintah pusat, khsususnya para menteri koordinator,baik itu Mengko Maritim maupun Mengko Perekonomian agar sinergi antar sektor ini bisa berlangsung secara baik,” paparnya.

Pemerintah Kepulauan Babel memang sedang mencari formula yang tepat sehingga antara keberlanjutan ekonomi dengan pengembangan pariwisata bisa berjalan seiring.

“Problem kami adalah saat ingin mengembangkan pariwisata,perikanan dan kelautan, ada hal lain yang tentu tidak bisa dibaikan yakni 35 persen PDRB Bangka-Belitung berasal dari kegiatan tambang. Ini mau tidak mau juga harus kita pikirkan,bagaimana semua duduk bersama membuat strategi untuk menyelesaikan masalah ini,” lanjut Yan.

Ia pun berpesan, masing-masing pihak bisa memahami kondisi ini dan bersama-sama berjalan ke depan untuk menatap Babel yang lebih baik lagi.

“Kami berharap tidak ada lagi istiliah “pokoknya”, kata-kata ini di Indonesia kan paling  sakti sehingga nanti yang muncul justru ego sektoral. Nah, kapan kita maju,”  seloroh Yan Megawandi.

Untuk menyelesaikan overlapping di zonasi tersebut perlu dilakukan pembahasan bersama dengan saling memahami.

“Dengan kepala dingin memikirkan juga bagaimana membiayai kepentingan-kepentingan masa depan itu dengan cara melakukan ekstrasi yang menurut  kita sesuai dengan kebutuhan bersama. Jadi, nanti win-win solution-lah,” lanjutnya.

Sementara itu penyelenggaraan Bangka Culture Wave Festival 2018 yang dimulai sejak, Sabtu (24/3/2018) lalu dinilai menjadi pintu masuk dalam menggaet wisatawan mancanegara maupun domestik.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya