Bandung Menolak Tidur, Mimpi Menjadi Kota Event Tanpa Kehilangan Kendali
Oleh: Adhi M Sasono, Editor in Chief
BANDUNG itu seperti kota yang menolak tidur. Selalu ada sesuatu yang bergerak, berdenyut, bergulir di sudut-sudutnya.
Kadang berupa konser kecil di sebuah ruang kreatif, kadang festival besar yang membuat jalanan bergetar oleh lautan manusia.
Kejutan-kejutan itu bukan hadir begitu saja, tapi lahir dari sebuah mimpi yang pernah diucapkan Muhammad Farhan jauh sebelum ia duduk di Balai Kota.
Saya masih bisa menangkap suasana sore itu di sebuah kafe di kawasan Cihapit. Para tokoh pariwisata dari PHRI Jawa Barat berkumpul, dan Farhan yang saat itu belum jadi wali kota bicara dengan nada yang penuh keyakinan.
“Kalau mau wisatawan makin banyak, ya harus perbanyak event. Nasional sampai internasional,” begitu katanya.
Ia bahkan meminta dukungan secara langsung dari para pengelola hotel, restoran, sampai pemain usaha destinasi wisata.
Sebuah visi sederhana, tapi terasa sangat Bandung: kota yang hidup dari kreativitas warganya.
Doa dan ambisinya ternyata bertemu momentum. Setelah resmi menjabat, Bandung pelan-pelan berubah jadi panggung besar.
Kalender pekanannya padat oleh konser dari berbagai genre. Dari pop nostalgia Rossa dan Yovie & Nuno, sampai alternatif modern seperti The Panturas dan Lomba Sihir. Semua pernah meramaikan kota yang sering dijuluki Kota Sejuta Kenangan ini.
Venue pun beragam. Gedung besar jadi pusat sorotan, sementara ruang kecil memberi kehangatan intim antara musisi dan penonton.
Yang menarik, event-event ini tak saling menenggelamkan, malah saling menyulut. Dalam satu malam, mungkin ada tiga sampai empat panggung bergerak serempak.
Pelaku UMKM

Muhammad Farhan, Wali Kota Bandung saat bertemu para pengelola hotel dan restoran di sebuah kafe di kawasan Cihapit, beberapa waktu lalu. (Foto: Kliknusae.com/Adhi)
Energinya menular ke jalanan, ke kafe-kafe yang penuh, ke hotel yang okupansinya naik, ke pelaku UMKM yang kecipratan rezeki.
Bandung terasa hidup kembali dengan denyut yang kita rindukan.
Tentu euforia butuh pijakan yang kuat. Infrastruktur kota harus berbenah supaya Bandung mampu menampung semua antusiasme ini dengan nyaman dan aman.
Dari akses mobilitas, kesiapan venue, sampai manajemen crowd, semuanya perlu naik kelas.
Karena pada akhirnya, sebuah kota yang tak pernah diam juga butuh pondasi yang kokoh untuk membuat warganya dan tamunya merasa betah.
Bandung telah mengawali langkah sebagai lautan event. Tantangannya sekarang adalah memastikan gelombang itu tetap bergerak tanpa henti, tanpa kehilangan kendali, dan terus membawa kota ini pada level kreativitas yang lebih tinggi. ***



