Senja Terakhir di Husein Sastranegara, Saat Landasan Sunyi Menyimpan Kenangan
KLIKNUSAE.com – Senja terakhir itu turun perlahan di atas landasan yang kian lengang. Di balik pagar kawat besi Bandara Husein Sastranegara, sayup terdengar deru pesawat.
Pesawat yang bukan lagi milik penumpang sipil. Melainkan armada militer yang sesekali melintas untuk latihan.
Di area terminal yang dulu hiruk-pikuk, kini hanya tersisa langkah-langkah petugas kebersihan dan suara roda troli bagasi yang sesekali berderak.
Begitulah wajah Bandara Husein Sastranegara hari ini. Tempat yang dulu menjadi gerbang kebanggaan warga Bandung, kini tinggal menyisakan sunyi dan nostalgia.
Sejak resmi ditutup pada Oktober 2023 lalu untuk penerbangan komersial dan seluruh operasional dialihkan ke Bandara Kertajati, Husein berubah drastis.
Area check-in yang dulunya penuh antrean kini menjadi ruang kosong dengan papan jadwal keberangkatan yang tak lagi menyala.
Beberapa kursi tunggu berdebu, dan konter maskapai masih berdiri, namun tanpa awak.
“Dulu tiap pagi penuh suara boarding call. Sekarang, sunyi sekali. Rasanya aneh,” ujar Dindin (47), petugas keamanan yang sudah 15 tahun bekerja di bandara ini.
Bagi warga sekitar, keheningan Husein membawa perasaan campur aduk. Sebagian merindukan denyut ekonomi yang dulu hidup dari para penumpang.
Ojek bandara, warung kopi, hingga pedagang oleh-oleh yang berjajar di sekitar pintu gerbang.
“Semenjak bandara tutup, penghasilan kami menurun drastis. Tapi kami masih sering datang ke sini, sekadar duduk dan mengenang,” kata Ibu Rina, pemilik kios minuman di area luar terminal.
Namun di balik kesunyian itu, masih ada rasa bangga yang sulit dihapus. Husein bukan sekadar bandara kecil di jantung kota.
Sejarah Penerbangan
Ia adalah bagian dari sejarah penerbangan dan kehidupan warga Bandung.
Dibangun pada era kolonial Belanda, Husein pernah menjadi saksi masa-masa emas pariwisata dan bisnis di Kota Kembang.
Pesawat-pesawat kecil yang lepas landas di bawah latar Gunung Tangkubanparahu menjadi pemandangan ikonik yang akan sulit tergantikan.
Kini, kawasan itu tengah menunggu nasib baru. Kapna segera dibuka kembali untuk penerbangan Jet.
Sebagian warga berharap area ini bisa diubah menjadi ruang publik yang tetap mempertahankan jejak sejarahnya.
“Sayang kalau cuma ditinggalkan begitu saja. Husein punya nilai emosional bagi warga Bandung,” ujar Dudi, seorang penggemar fotografi yang datang sore itu untuk mengabadikan terminal yang sepi.
Bandara Husein Sastranegara mungkin telah berhenti beroperasi, tetapi bagi banyak orang, ia tetap hidup dalam ingatan.
Tentang lambaian tangan di ruang keberangkatan, tentang perjumpaan dan perpisahan. Dan tentang sebuah kota yang pernah memiliki bandara di tengah denyutnya sendiri. ***



