Menanti Sentuhan Fiskal Menteri Keuangan Purbaya Bagi Industri Pariwisata
Oleh: Adhi M Sasono, Editor in Chief
Semester pertama 2025, industri pariwisata nasional terseok. Dua kuartal berturut-turut sektor ini mengalami pelemahan.
Bukan semata karena gejolak ekonomi global, melainkan juga akibat kebijakan efisiensi anggaran yang dipilih pemerintah.
Sejumlah regulasi kian mempersempit ruang gerak. Seperti larangan study tour ke luar kota di Jawa Barat, perizinan pembangunan destinasi wisata yang berbelit. Hingga aturan pembatasan bagasi pesawat yang menambah beban perjalanan.
Padahal kontribusi pariwisata terhadap ekonomi tak kecil. Tahun 2023, sektor ini menyumbang 3,8 persen pada produk domestik bruto, naik dari 3,6 persen pada 2022.
Ekspor ekonomi kreatif bahkan menembus USD 23,96 miliar. Angka-angka itu menegaskan, pariwisata bukan sekadar sektor pelengkap, melainkan penopang yang strategis.
Kini, dengan hadirnya Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa, para pelaku pariwisata menaruh harapan.
Bahwa sektor ini tak lagi dipandang sebelah mata, melainkan sebagai salah satu motor penggerak ekonomi yang layak mendapat perlakuan fiskal khusus.
BACA JUGA: Solusi Bijak Kegiatan Study Tour Tanpa Membebani Orangtua
Harapannya jelas, kebijakan fiskal yang lebih ramah pada promosi wisata. Baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Stimulus berupa pengurangan pajak atau insentif fiskal yang mampu menggairahkan belanja masyarakat untuk bepergian.
Anggaran yang menopang pembangunan infrastruktur pariwisata agar akses antar-destinasi lebih mudah.
Dan dukungan untuk pelatihan tenaga kerja, inovasi produk wisata, hingga pengembangan usaha-usaha kecil di sektor ini.
Purbaya tentu memahami, fiskal yang terlalu ketat justru bisa melumpuhkan potensi pariwisata.
Tanpa napas panjang, sektor ini akan sulit bangkit dari tekanan.
Industri pariwisata yang selama ini menjadi ladang kerja jutaan orang, bisa kehilangan daya tahan.
Pariwisata menunggu keputusan besar di tangan Purbaya. Akankah ia memberi ruang fiskal agar sektor ini kembali bergairah, atau tetap menekannya dengan dalih efisiensi? ***