Chandra Tambayong: Berbagi Tips Mempertahankan Bisnis di Acara Rapat Korwil IV PHRI Jabar

KLIKNUSAE.com – Suasana sejuk hutan pinus Grafika Cikole, Lembang, Kamis pagi, 28 Agustus 2025, menjadi latar pertemuan Rapat Koordinasi Wilayah (Korwil) IV Bandung Raya BPD PHRI Jawa Barat.

Di hadapan para pengusaha dan tokoh daerah, sosok sederhana dengan senyum ramah itu berdiri.

Dialah Chandra Tambayong, pengusaha properti yang namanya sudah lekat dengan deretan proyek besar. Termasuk kebangkitan kembali pusat belanja legendaris di Kota Bandung.

Meski dikenal sebagai figur sukses, Chandra memilih tampil apa adanya.

Ia memulai pemaparannya dengan satu pesan sederhana: hidup dan dunia usaha sulit ditebak.

“Kadang kita dibuat stres. Tapi dengan kebersamaan, bersatu padu, dan percaya kepada Tuhan, semua bisa diatasi,” ungkapnya.

“Saya yakin setiap cobaan yang datang pasti sesuai dengan kapasitas kita,” sambung Chandra, disambut anggukan para peserta.

Ujian Terberat: Pandemi dan BTC yang Meredup

Chandra kemudian mengisahkan masa-masa paling berat yang ia hadapi: ketika pandemi Covid-19 meluluhlantakkan sektor usaha, termasuk pusat perbelanjaan.

Bandung Trade Center (BTC), yang telah berdiri selama 20 tahun, ikut terpuruk.

“Siapa sangka mall tempat orang berkumpul juga lumpuh? Itu benar-benar ujian terberat dalam hidup saya,” ujarnya.

Namun, di tengah ketidakpastian, ia memilih langkah berani: merombak total konsep BTC agar tetap diminati.

Keputusan itu menuntut biaya besar dan kesepakatan kolektif dari seluruh pihak yang terlibat.

“Bersyukur kami semua sepakat. Konsep, dana, semuanya kita jalani. Setelah itu, kami serahkan hasilnya kepada Tuhan,” tutur Chandra.

Hasilnya, BTC menjelma menjadi D’Botanica Mall Bandung—sebuah pusat belanja dengan wajah baru yang lebih segar dan relevan dengan zaman.

Mall yang sempat redup kini kembali ramai.

“Banyak teman bilang, ‘eh BTC yang kamu jual itu sekarang ramai lho’. Saya hanya tersenyum, karena sebenarnya mall itu masih milik saya,” ucap Chandra yang disambut aplaus hadiri.

Akar Dagang dari Ruko Keluarga

Ketekunan Chandra bukan datang tiba-tiba. Lahir di Jakarta pada 2 Maret 1960 sebagai anak keenam dari sepuluh bersaudara, ia tumbuh di rumah toko yang juga berfungsi sebagai warung sembako keluarga.

Sejak kecil, ia sudah akrab dengan aroma beras, gula, dan minyak goreng—serta disiplin berdagang.

Sempat menempuh pendidikan psikologi di Universitas Yayasan Persada Indonesia, Kelapa Gading, Chandra akhirnya memilih berhenti kuliah.

Ia merasa dunia akademik bukan jalannya.

“Saya lebih suka berusaha sendiri,” kenangnya.

Pilihan itu membawanya kembali menekuni bisnis sembako ayahnya, sebelum akhirnya menapaki dunia yang lebih besar: properti.

Menjadi Bagian dari Keluarga Gapura Prima

Langkah besar itu dimulai setelah ia menikah dengan Susiani Margono pada 9 Desember 1984.

Susiani adalah putri Gunarso Margono, pendiri Grup Gapura Prima, perusahaan besar di bidang properti.

Dari sini, Chandra mulai banyak belajar tentang bisnis hunian, pusat belanja, hingga proyek komersial.

Kini, rumah tangga Chandra dan Susiani dikaruniai empat anak: Jessica Tji, Yohanes , Joshua, dan Yonathan.

Menariknya, sang putri sulung Jessica sudah mengikuti jejak ayahnya. Ia kini menjabat Direktur Solo Paragon, menandai regenerasi dalam keluarga Tambayong.

Filosofi Bisnis dan Kehidupan

Meski telah membangun banyak proyek, Chandra tetap memegang prinsip sederhana: iman, kebersamaan, dan keberanian mengambil keputusan.

Baginya, bisnis bukan sekadar hitungan untung-rugi, tapi juga latihan keteguhan hati.

“Dunia usaha itu penuh misteri. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi esok hari. Tapi dengan iman dan kebersamaan, kita bisa bangkit dari keterpurukan,” pesannya.

Kisah hidup Chandra Tambayong adalah potret ketabahan seorang pengusaha yang tak pernah berhenti belajar.

Dari ruko kecil keluarga hingga mall megah di Bandung, ia membuktikan bahwa badai bukan akhir perjalanan—melainkan awal dari babak baru. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya