Pacuan Kuda Legok Jawa Pangandaran: Potensi PAD yang Terabaikan

Oleh: Adhi M Sasono, Editor in Chief

PACUAN kuda Legok Jawa di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat sejatinya menyimpan potensi besar sebagai penggerak ekonomi daerah.

Lokasinya unik: hanya ada dua lintasan pacuan kuda di dunia yang berada di tepi pantai. Salah satunya di Inggris, dan yang lainnya di Pangandaran.

Pemandangan laut yang menjadi latar arena membuat Legok Jawa berbeda dari gelanggang pacuan kuda manapun.

Namun, potensi itu hingga kini masih sekadar potensi. Kondisi tribun yang minim dan seadanya jelas membuat pengalaman menonton pacuan kuda jauh dari kata layak.

Penonton dipaksa berpanas-panasan di bawah terik matahari, atau basah kuyup diguyur hujan.

Alih-alih menjadi tontonan prestisius yang bisa mendatangkan wisatawan, pacuan kuda Legok Jawa terkesan sekadar agenda lokal musiman.

Di sinilah pemerintah daerah perlu berani mengambil langkah strategis.

Jika benar-benar ingin menjadikan pacuan kuda sebagai pundi-pundi Pendapatan Asli Daerah (PAD), investasi infrastruktur adalah harga mati.

Tribun penonton harus dibangun dengan konsep kelas—dari VIP hingga tribun reguler—seperti yang kita lihat pada ajang Formula 1.

Dengan begitu, semua lapisan masyarakat, dari penikmat kelas menengah hingga wisatawan berduit, bisa menikmati tontonan sesuai kemampuan.

Selain itu, fasilitas pendukung juga tak kalah penting. Akomodasi yang representatif, dari hotel berbintang hingga penginapan sederhana, harus tersedia di sekitar arena.

Lahan milik warga di sekitar pacuan pun bisa diberdayakan menjadi kandang atau tempat karantina kuda yang lebih profesional.

BACA JUGA: Ketua Umum Pordasi Aryo: Trek Pacuan Kuda Legok Jawa Setara Lintasan Internasional

Rantai Ekonomi Baru

Rantai ekonomi baru akan tercipta: mulai dari penyedia jasa akomodasi, kuliner, transportasi, hingga penyedia jasa hiburan.

Masyarakat sekitar pun ikut merasakan dampaknya, bukan hanya segelintir pihak.

Lalu muncul pertanyaan klasik: darimana dana pembangunan ini diperoleh?

Pangandaran memang tengah kesulitan fiskal, bahkan untuk membayar belanja pegawai saja kerap kewalahan.

Tapi justru di sinilah diperlukan keberanian politik. Pemda bisa membuka ruang investasi jangka panjang, termasuk dengan menggandeng investor asing.

Legok Jawa bisa disewakan dalam skema kemitraan puluhan tahun, untuk diubah menjadi arena pacuan kuda berskala internasional.

Tentu, yang ditawarkan bukanlah menjadikan Pangandaran sebagai “Las Vegas” dengan segala euforia judi. Melainkan menjadikannya pusat sport tourism yang berkelas.

Apalagi, Pangandaran sudah punya Bandara Nusawiru yang sanggup didarati jet pribadi maupun pesawat komersial.

Kombinasi bandara, arena pacuan kuda eksotis di tepi pantai, dan fasilitas wisata lainnya jelas bisa menjadikan Pangandaran magnet baru pariwisata Indonesia.

Pertanyaannya sederhana: apakah pemerintah daerah berani melihat peluang ini. Atau tetap membiarkan Legok Jawa jadi arena pacuan yang hanya mengandalkan romantisme, tanpa nilai tambah bagi daerah? ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya