Bandung Sajikan Diplomasi Rasa Lewat Hijriah Food Festival 2025

KLIKNUSAE.com  —  Aroma kebab mozzarella bercampur dengan wangi nasi ayam hainan dan kepulan asap cumi bakar menandai dimulainya Hijriah Food Festival 2025.

Aroma yang menyeruak dari pelataran Masjid Trans Studio Mall (TSM) menandai dimulainya event monumental ini, pada Minggu 13 Juli 2025.

Kota Bandung pun kembali menunjukkan kelasnya sebagai kota kreatif dunia.

Tak sekadar pesta kuliner, festival ini menjadi panggung diplomasi budaya, kolaborasi antarbangsa, dan penguatan ekonomi rakyat.

Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menyebut acara ini sebagai cermin wajah Bandung yang inklusif, kreatif, dan agamis.

“Hijriah Food Festival membuktikan bahwa kuliner adalah bahasa universal yang menyatukan bangsa,” ujar Farhan saat membuka acara.

“Dari dapur Nusantara, Tiongkok, hingga Timur Tengah, kita diajak menikmati warisan yang lezat dan penuh keberkahan,” sambung Farhan.

Farhan tak bicara soal makanan semata. Ia menyoroti bagaimana Bandung tumbuh dari kekuatan partisipasi masyarakat.

Kawasan Cibadak dan Jalan Sudirman disebutnya sebagai contoh harmonisasi kuliner Sunda dan Tionghoa yang telah lama hidup berdampingan.

“Kita membangun kota ini bukan hanya lewat beton dan aspal, tapi lewat ruang-ruang kolaborasi, kreativitas, dan ekonomi komunitas,” katanya.

BACA JUGA: Pulau Penang, Surga Kuliner di Ujung Utara Malaysia, Jangan Lewatkan Ini

Pelatihan Digital

Pemerintah Kota Bandung, kata dia, terus mendukung sektor kuliner halal dan kreatif. Yakni, melalui inkubator bisnis, pelatihan digital, kemudahan perizinan, dan fasilitasi sertifikasi halal.

Festival seperti ini, menurut Farhan, menjadi etalase dari kerja kolektif itu.

“UMKM adalah nadi perekonomian. Di Bandung, kuliner bukan cuma soal rasa, tapi juga nilai dan warisan budaya,” ujarnya.

Di sisi lain, kolaborasi lintas negara juga menjadi warna utama dalam gelaran tahunan ini.

Sementara itu, Ketua Kadin Indonesia Komite Tiongkok, Garibaldi Thohir, yang akrab disapa Boy, menegaskan bahwa acara ini adalah bentuk nyata dari diplomasi antarwarga.

“Sudah tiga tahun kami menyelenggarakan ini bersama Republika. Tahun lalu menampilkan seni Islam Tiongkok, kini giliran kuliner,” ungkapnya.

“Karena dari makanan, relasi antarbangsa bisa tumbuh, bukan hanya bisnis, tapi juga people to people diplomacy,” tambah Boy.

Boy menambahkan, masjid sebagai pusat kegiatan menjadi simbol penting.

“Ia bukan hanya tempat ibadah, tapi juga harus hidup sebagai pusat kegiatan ekonomi dan sosial umat.”

Sedangkan festival ini menampilkan lebih dari sekadar makanan. Namun ada bagian lain pertunjukan yang tak kalah menariknya.

Seperti, tausiyah, panggung musik Islami lintas budaya, edukasi anak di kids corner, hingga pembagian Baik.

Sementara sebanyak 30 stan UMKM ambil bagian. Zona Timur Tengah menyuguhkan kebab mozzarella, susu kurma yogurt, hingga Arabian milk tea.

Zona Tiongkok hadir dengan nasi ayam hainan, bakpao, dan Chinese coffee.

Begitu pun untuk  Zona Indonesia tak ketinggalan dengan es cendol, alpukat kocok, tulang jambal, baso aci, dan ayam geprek.

Dari piring ke persahabatan, Bandung kembali menyuarakan diplomasi lewat rasa. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya