Desa Cibuluh Siap Jadi Destinasi Wisata Gastronomi Berkelanjutan

Pelatihan di Desa Cibuluh, Subang, menjadi bagian dari upaya membangun ekosistem wisata gastronomi berkelanjutan yang berakar pada budaya lokal.

KLIKNUSAE.com – Aroma bumbu bakakak dan daun honje menyeruak dari Kampung Bolang, Desa Cibuluh, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang.

Di dapur-dapur bambu yang masih menjaga tradisi, para ibu memasak dengan tenang, seraya menceritakan asal muasal resep yang diwariskan turun-temurun.

Desa yang ditetapkan sebagai Desa Budaya sejak 2024 ini tengah bersiap menjadi destinasi wisata gastronomi berkelanjutan.

Selama dua hari, 28–29 Juni 2025, Program Studi Magister Pariwisata Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menggelar pelatihan peningkatan kapasitas sumber daya manusia di desa tersebut.

Program ini merupakan kolaborasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat serta Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Jawa Barat.

Tujuannya yakni  memperkuat kesiapan masyarakat dalam mengelola potensi wisata yang berakar pada warisan budaya dan kuliner lokal.

Sementara itu, Kepala Desa Cibuluh, Edi Junaidy, membuka kegiatan dengan menyebut kerja sama dengan UPI sebagai bentuk komitmen desa untuk terus berbenah.

“Kami siap berkembang sebagai destinasi budaya dan wisata yang berkelanjutan,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan Kepala Bidang Destinasi Kabupaten Subang, Agus Muslimin.

Menurutnya, potensi budaya Cibuluh amat besar, namun perlu dibarengi dengan peningkatan kapasitas masyarakat.

“Pelestarian budaya bisa menjadi alternatif penghidupan warga jika dikelola dengan pendekatan wisata,” katanya.

Membangun Ekosistem

Sedangkan Ketua Program Studi Magister Pariwisata, Dr. Ahmad Galih Kusumah, yang juga menjadi Dewan Pakar GIPI Jawa Barat, menyebut pentingnya membangun ekosistem gastronomi yang integratif.

“Kekuatan desa wisata terletak pada kolaborasi antar-pemangku kepentingan dan keterlibatan aktif masyarakat,” ujarnya dalam sesi materi pelatihan.

Dari aspek industri, Ketua GIPI Jabar Herman Muchtar mendorong agar masyarakat desa mampu memonetisasi tradisi mereka.

“Peningkatan kualitas pengelolaan harus menjadi prioritas agar kunjungan wisata juga meningkat,” katanya.

Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, Iendra Sofyan, melihat kegiatan ini selaras dengan strategi pengembangan wisata berbasis gastronomi di provinsi tersebut.

Ia menyebut Desa Cibuluh sebagai contoh hidup dari pelestarian warisan budaya.

Sejak 2019, desa ini telah menyandang predikat sebagai Destinasi Ramah Anak, dan kini diperkuat sebagai Desa Budaya.

Desa Cibuluh juga memiliki agenda budaya rutin seperti Ruwatan Bumi dan Festival Tujuh Sungai. SeUrta museum permainan tradisional dan aktivitas seni seperti Kuda Ronggeng dan Sanggar Tari.

Storytelling dan hospitality

“Kita harus menumbuhkan SDM yang paham etika budaya, sekaligus mampu memberikan pelayanan prima pada wisatawan,” ucap Iendra.

Pelatihan diisi dengan materi tentang penguatan kelompok sadar wisata dan pelaku UMKM kuliner. Termasuk sesi storytelling dan hospitality.

Pada sesi workshop pemetaan potensi kuliner serta penyusunan rencana aksi desa wisata gastronomi dipandu oleh para akademisi UPI Dr. Dewi Turgarini, Heri Setiyorini, Ph.D., dan Caria Ningsih, Ph.D.

Pelatihan ditutup dengan simulasi paket wisata bertajuk “Jelajah Desa Cibuluh” yang menyatukan pengalaman sawah, sungai, dan leuit (lumbung padi).

Anak-anak, remaja, hingga dewasa mengikuti perjalanan ini, dipandu oleh pemandu desa Muhammad Ridwan Maulana.

Mereka diajak menanam padi, bermain air di sungai, dan menikmati kuliner lokal dari tumpeng Sunda hingga bubuy ikan mas daun honje.

Di Kampung Bolang, ibu Yuyum Sukaesih dan para perempuan desa lainnya memperlihatkan cara membuat hidangan tradisional dengan narasi penuh rasa dan sejarah

Setiap hidangan tak hanya menyajikan rasa. Tetapi juga cerita panjang dari sebuah desa yang menjadikan makanan sebagai identitas dan masa depan. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya