Jazz Merapat ke Pendopo Wali Kota Bandung, Bentuk Sinergi Musisi dan Pemerintah
KLIKNUSAE.com – Irama jazz yang hangat mengalun dari dalam Pendopo Wali Kota Bandung, Rabu malam, 4 Juni 2025.
Di bawah lampu temaram dan semilir udara kota, paguyuban musik Titikkoempul (Tikpul) berpadu dengan Joseph Hutagalung Trio++ dalam sebuah pergelaran yang meriah namun akrab.
Zaki Peniti, salah satu motor penggerak Tikpul, menyebut acara ini sebagai bentuk sinergi antara musisi dan pemerintah kota.
Ia menyebut Wali Kota Bandung, yang disebutnya kawan lama, memberi izin penggunaan Pendopo sebagai ruang ekspresi komunitas.
“Setiap Rabu malam, insyaallah, akan ada kegiatan serupa. Ini bagian dari upaya pemberdayaan kita semua,” kata Zaki.
Di panggung kecil malam itu, Joseph Hutagalung tampil tanpa pretensi. Drummer, vokalis, sekaligus produser musik itu menyambut kehadiran jazz sebagai sesuatu yang “tidak elitis”.
“Jazz itu bukan musik mewah,” ujar Joseph, yang juga dikenal sebagai peracik kopi dan penunggang vespa.
“Saya selalu bilang pada kawan-kawan, jangan menakut-nakuti pemula. Jazz harus mudah dimainkan, dan merakyat,” sambungnya.
Menurut Joseph, ketertarikan generasi Z pada jazz adalah sinyal positif. Bagi dia, esensi jazz adalah improvisasi dan kebebasan bermain.
BACA JUGA: Musisi Papan Atas Siap Guncang Konser Musik di GOR Saparua dan Gedung Sate

Para personel Jazz foto bersama di Pendopo Wali Kota Bandung, Rabu 4 Juni 2025. (Foto: Kliknusae.com/Ist)
Konser eksklusif
“Di Amerika, jazz lahir dari akar blues. Sama seperti karawitan di sini. Jadi, mainkan saja jazz dengan riang, tanpa mumet,” ujarnya sambil menyebut Chet Baker sebagai panutannya.
Malam itu, Joseph tampil bersama Anjuan Julio Siahaan, gitaris jazz yang menggantikan salah satu personel yang berhalangan.
Baru sehari sebelumnya Anjuan masih berada di studio di Jakarta. Saat ditelepon Joseph—yang ia panggil “Tulang”—ia langsung bergegas ke Bandung.
“Pendopo ini penting bagi kami. Saya tak berpikir dua kali,” katanya.
Penonton memenuhi halaman pendopo. Salah satunya, Rafid, mahasiswa 25 tahun dari sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung, tampak antusias.
“Saya pasti datang lagi minggu depan kalau acara ini masih ada,” ujarnya.
Jazz kembali merasuk ke ruang publik Kota Bandung. Tidak dalam bentuk konser eksklusif di hotel berbintang, melainkan di pendopo pemerintah kota, milik bersama. Merakyat dan bersahaja, sebagaimana jazz seharusnya. ***