Industri Pariwisata Israel Babak Belur, Sampai Ngutang $58 Miliar
- Selasa, 27 Februari 2024 20:32 WIB
- Adhi
KLIKNUSAE.com – Industri pariwisata Israel kini merana seiring minimnya jumlah kunjungan wisatawan sejak invasi Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023.
Direktur Jenderal Kamar Penyelenggara Pariwisata Inbound melukiskan Israel sebagai negara yang terisolasi secara penuh dari dunia, khususnya dalam hal penerbangan.
Menurut kelompok perdagangan yang mewakili bisnis dan pemasok operator tur besar, sektor pariwisata Israel tengah menghadapi masalah kritis akibat perang di Gaza.
Banyak maskapai penerbangan ragu untuk melayani tujuan Israel, sehingga membuat industri pariwisata Israel makin terpuruk.
BACA JUGA: PHRI Dukung Kemerdekaan Palestina,Tapi untuk Boikot Produk Israel, Ini Pertimbangannya
Sebelum krisis, terdapat 250 perusahaan penerbangan yang beroperasi di Israel, namun kini hanya 45 yang masih beroperasi.
Sementara itu, Direktur Jenderal Chamber of Inbound Tourism Organizers, Yossi Fattal, menyatakan bahwa Israel benar-benar terisolasi.
Sedangkan, Yordania dan Mesir, meskipun terkena dampak, masih mendukung maskapai penerbangan yang membawa wisatawan ke negara mereka.
Fattal menekankan perlunya pemerintah Israel menemukan cara untuk mendatangkan wisatawan meskipun situasi perang sedang berlangsung.
BACA JUGA: Ini 8 Produk Israel yang Diboikot Dunia, Ada Soda dan HP
Pendanaan Asuransi
Ia mengungkapkan bahwa saat ini Israel tidak memberikan pendanaan asuransi untuk maskapai asing, hanya untuk maskapai Israel. Sehingga premi untuk perjalanan ke negara tersebut menjadi sangat tinggi.
Padahal, pariwisata memiliki peran penting dalam ekonomi Israel, menyumbang lebih dari 3 persen PDB dan langsung mempekerjakan sekitar 200.000 orang.
Namun, setelah Operasi Banjir Al-Aqsa Perlawanan Palestina pada 7 Oktober, sektor ini mengalami penurunan drastis dengan omset turun 73 persen dibandingkan akhir tahun 2022.
Sebut saja, Indeks Phoenix Gamma Israel menunjukkan bahwa sektor pariwisata menderita, dengan penurunan transaksi sebesar 64 persen.
BACA JUGA: Israel Tidak Saja Perangi Warga, Pariwisata Palestina Juga Diinvansi
Bahkan, penurunan rata-rata jumlah transaksi mencapai sebesar 26 persen. Restoran, kafe, dan perusahaan makanan cepat saji juga terdampak, mengalami penurunan omzet sebesar 16 persen.
Pemukim Israel yang memilih untuk tinggal di dalam rumah akibat serangan roket dari Gaza menyebabkan penurunan omzet. Termasuk, transaksi restoran hingga hampir 40 persen.
Dampaknya tidak hanya dirasakan di sektor pariwisata. Pendanaan Israel untuk perang di Gaza telah menyebabkan penurunan peringkat kredit pertama kalinya.
Moody’s, sebuah perusahaan menyediakan jasa analisis keuangan dan analisis menurunkan peringkat kredit Israel satu tingkat.
BACA JUGA: Sejumlah Maskapai Ogah Terbang Ke Israel, Takut Kena Roket Nyasar
Mencatat buruknya keuangan dan dampak perang terhadap lembaga eksekutif dan legislatifnya.
Israel perlu meminjam hampir $58 miliar tahun ini, setara dengan hampir $23.000 per rumah tangga dan tiga kali lipat jumlah defisit fiskal pada tahun 2022.
Moody’s juga menurunkan peringkat simpanan lima bank Israel. Menetapkan prospek peringkat simpanan jangka panjang sebagai negatif.
Krisis pariwisata menjadi satu bagian dari pukulan ekonomi yang meruncing bagi Israel di tengah konflik yang berkepanjangan di Gaza. ***