Herman Muchtar: Samakan Dulu Nadanya, Baru Putuskan Jadi Provinsi Pariwisata
KLIKNUSAE.com – Gubernur Ridwan Kamil mewacanakan program Jawa Barat sebagai provinsi pariwisata. Dasarnya, karena daerah ini memiliki banyak potensi wisata yang bisa diunggulkan.
Lalu, bagaimana tanggapan dari para pelaku industri pariwisata di Jawa Barat sendiri?
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat, Herman Muchtar memberikan apresiasi terhadap keinginan Gubernur Jawa Barat tersebut.
Namun sebelum, memutuskan untuk menjadikan satu daerah sebagai destinasi keunggulan, banyak hal yang harus dipersiapkan.
Salah satunya, harmonisasi diantara dinas-dinas yang ada. Termasuk, bagaimana membangun kolaborasi dengan stakeholder pariwisata yang ada.
BACA JUGA: Meriahkan Pesta Pariwisata Jawa Barat, Gubernur Terjunkan 855 SWJ Ambassador
“Sebetulnya keinginan ini kan sudah lama. Namun, di tengah jalannya pelaksanaan, terlihat seperti ada senar yang tidak seirama di antara dinas-dinas terkait. Dimana, seharusnya mereka bersatu padu mewujudkan visi provinsi pariwisata ini,” kata Herman Muchtar ketika dihubungi Kliknusae.com, Jumat 18 Agustus 2023.
Herman tak bisa menampik bahwa Jabar memiliki potensi luar biasa sebagai magnet pariwisata, tapi yang mengejutkan adalah kurangnya harmoni.
Khususnya, di antara dinas-dinas terkait dalam menerjemahkan ambisi ini menjadi nyata.
“Kami mendukung sepenuhnya. Semua orang mendambakan ini, namun di lapangan, dinas-dinas terkait terlihat tidak kompak,” tegas Herman.
BACA JUGA: Konsentrasi Pengembangan Pariwisata Jawa Barat Bakal Diarahkan ke Cirebon Raya
Seluruh Kepala Dinas Harus Paham
Padahal, untuk mencapai tujuan provinsi pariwisata, setiap dinas terkait harus terlibat aktif dan memahami, visi dan misi yang sudah dikeluarkan gubenur.
“Perlu seluruh kepala dinas memahami, apa yang dimaksudkan Gubernur. Kalau dia sudah paham, kan mestinya sudah memprogramkan anggaran yang terkait dengan pariwisata Jawa Barat,” ujar Herman–yang juga Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Jawa Barat ini.
Menurut Herman, salah satu alasan di balik kekacauan ini mungkin disebabkan oleh minimnya sosialisasi yang efektif.
Bahkan, ia tidak ragu mengatakan bahwa Tim Percepatan yang didirikan oleh Gubernur Jabar, walaupun sebagian besar anggotanya adalah kaum milenial yang sering dianggap berpengaruh, tampaknya kurang memberikan dampak yang diharapkan.
BACA JUGA: Giring Datangi Tokoh Pariwisata dan UMKM Jawa Barat, Ingin Perjuangkan Ini
Satu hal yang cukup mencolok, menurut pengamatannya, adalah fokus Gubernur Jabar yang lebih cenderung ke pasar pariwisata domestik.
Upaya Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Jabar yang telah dibentuk juga terlihat lesu, hanya sebatas formalitas tanpa tindakan yang berarti.
Sejatinya, berbagai destinasi buatan yang telah diusung oleh Ridwan Kamil, Gubernur Jabar sebelumnya, telah menjadi daya tarik bagi para wisatawan, khususnya dari dalam negeri.
Mulai dari peremajaan Jalan Asia Afrika Bandung, kehadiran megah Masjid Al Jabar, hingga yang terbaru adalah Masjid Al Kamil di Kabupaten Sumedang.
BACA JUGA: Golden Visa, Investasi Berkualitas Menuju Pariwisata Gemilang
Smiling West Java
Sebagaimana diketahui, Ridwan Kamil pernah meluncurkan program ambisius yang menargetkan wisatawan mancanegara.
Yaitu merekrut 1000 Duta Pariwisata atau yang dikenal sebagai Smiling West Java (SWJ) Ambassador. Mereka ditugaskan untuk mempromosikan pesona pariwisata Jabar melalui berbagai platform media sosial.
Namun, bagi kalangan pelaku pariwisata, Herman menyampaikan bahwa upaya promosi langsung ke kota-kota potensial dan bahkan ke luar negeri tetaplah menjadi kunci untuk menarik kunjungan wisatawan mancanegara.
Bagi mereka, hanya mengandalkan media sosial dirasa belum cukup memberikan dampak yang signifikan.
Sebagai langkah tanggap atas situasi ini, PHRI belum lama ini telah menggelar roadshow promosi pariwisata ke berbagai kota di dalam dan luar negeri.
BACA JUGA: Bupati Sumedang Siap Menjadi Pemandu Wisata, Buka Peluang Investasi
Termasuk ke Malaysia yang dianggap sebagai pasar yang menjanjikan. Dengan menggerakkan puluhan pelaku pariwisata dari Jabar, PHRI berhasil menghubungkan mereka dengan calon pembeli di Malaysia.
Herman menegaskan bahwa upaya ini dibiayai secara mandiri.
Dengan demikian, tampaknya masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan agar visi Jabar sebagai provinsi pariwisata bisa terealisasikan dengan baik.
Tantangan utamanya adalah membangun sinergi di antara semua pihak terkait dan mengembangkan strategi promosi yang lebih beragam dan efektif. ***