Pariwisata Blitar Dorong Penciptaan Ekonomi Rakyat
JELAJAH NUSA – Upaya mengembangkan destinasi baru tidak cukup hanya dengan penyediaan kawasan objek wisata saja,tetapi perlu dilakukan aturan yang lebih matang.
Kabupaten Blitar, Jawa Timur, misalnya, kini tengah melakukan sejumlah langkah strategis untuk memajukan sektor pariwisata daerah, salah satunya dengan menyusun RIPPDA (Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah).
Saat ini pariwisata di Blitar terus berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat bahwa pariwisata sudah menjadi gaya hidup.
Kepariwisataan di Blitar saat ini telah dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pemkab), Perhutani, pihak swasta, perorangan, maupun kelompok masyarakat sadar wisata (Pokdarwis).
“Salah satu destinasi pariwisata yang dikelola oleh Pokdarwis adalah Bukit Teletubies dan Bukit Girsa yang lokasinya ada di Blitar Utara,” ungkap Bupati Blitar H.Riyanto.
Menurut H.Riyanto, potensi pariwisata di Blitar sangat melimpah akan tetapi masih belum mampu mendongkrak PAD. Namun demikian diyakini dengan selesainya RIPPDA tersebut dan semakin tertatanya pengelolaan sektor pariwisata.
Dengan model ini diharapkan pendapatan asli daerah dari kegiatan kepariwisataan daerah akan meningkat signifikan.Berkaitan potensi tersebut, maka Pemerintah Daerah pun terus menggenjot infrastruktur.
“Pemkab Blitar berusaha meningkatkan aksesibilitas jalan menuju obyek-obyek wisata antara lain dengan melakukan perbaikan dan peningkatan infrastruktur jalan dengan melebarkan jalan yang semula hanya 3 meter menjadi 6 meter sehingga akan mudah dilalui untuk kendaran pribadi maupun bus pariwisata,” kata Bupati H.Riyanto,
Blitar memiliki sejumlah lokasi wisata yang menarik, sebut saja De Karanganjar Koffie Plantage yang merupakan kebun dan pabrik kopi peninggalan Belanda.
Lokasi ini terbilang baru, yakni baru diaktifkan sejak Desember 2016 lalu. Kebun yang berlokasi di Karanganyar Timur, Nglegok, Blitar, ini punya sejumlah atraksi wisata yang menarik, diantaranya: Menjelajah kebun kopi sambil naik ATV (kendaraan khusus), yang bisa disewa dengan biaya Rp 50 ribu sekali putaran. Sepanjang perjalanan, pengunjung bisa menyaksikan pemandangan pohon-pohon kopi dan buahnya yang eksotis, kebun ini luasnya mencapai 250 hektare.
Bisa juga berkunjung di museum. Lokasi ini memiliki tiga museum, yakni Museum Pusaka, Museum mBlitaran, dan Museum Purnabakti. Museum mBlitaran berisi lukisan-lukisan koleksi pribadi pengelola kebun kopi.
Sementara Museum Pusaka dan Museum Purnabakti berisi keris-keris kuno berbagai jenis dan dokumentasi mengenai para pemimpin Blitar yang sudah pensiun.
Kemudian pengunjung bisa pula menjadi Relawan Pengelola Kopi, kegiatan ini adalah program yang digelar khusus untuk wisatawan asing. Para wisatawan mancanegara yang berkunjung ke kebun diperkenankan menjadi pengelola kebun, mulai dari petani hingga penyeduh kopi. Program ini digelar selama dua pekan. Bagi wisatawan yang ingin membeli kopi sebagai oleh-oleh.
Direktur Utama Keboen Kopi, Wima Brahmantya menjelaskan, bahwa kopi yang ditanam lebih banyak berjenis robusta dan liberika. Kopi yang paling banyak disukai adalah kopi Blitar.
(adh)