Ridwan Kamil Minta Mal Siapkan Sentra Vaksinasi, Kafe Boleh Buka
KLIKNUSAE.com – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta agar pengelola mal menyediakan sentra vaksinasi.
Disamping itu, memasuki perpanjangan PPKM Level 3 mal juga belum diperbolehkan menerima kunjungan anak dibawah 12 tahun dan lansia di atas 70 tahun.
“Untuk kafe dan resto, boleh buka hanya untuk zona outdoor. Dengan ketentuan, 25% kapasitas dan maksimal buka sampai jam 20.00. 30 menit/kunjungan,” kata Ridwan Kamil seperti dikutip Kliknusae,com, dari lama akun instagramnta @ridwankamil, Jumat 13 Agustus 2021.
BACA JUGA: Vaksinasi Di Mal, APPBI Jawa Barat Masih Menunggu Juknis
Sedangkan café dan resto yang berada di indoor masih tetap tidak diperbolehkan menyediakan makan di tempat. Mereka hanya bisa melayani takeaway/delivery.
“Pengunjung yang ingin masuk mal harus membawa kartu sudah divaksin atau surat PCR/Antigen bagi yang tidak bisa divaksin karena alasan klinis,” tulis Ridwan Kamil.
Khusus Kota Bandung, arahan dari Pemerintah Pusat, walaupun status level 4 boleh buka Mal/cafe/resto menggunakan aturan level 3 sebagai ujicoba.
Mal Di Daerah Level 3 dan 2 Ini Aturannya
Merujuk Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2021, mal yang berada di daerah level 3 dan 2 dapat beroperasi dengan berbagai pembatasan.
BACA JUGA: Mal di Kota Bandung Masih Sepi, Pengunjung Harus Bawa Kartu Vaksin
Selain itu, ada empat daerah level 4 yang akan uji coba membuka mal. Keempat daerah itu yakni DKI Jakarta, Kota Bandung, Kota Semarang, dan Kota Surabaya.
Menurut Kang Emil—sapaan Ridwan Kamil, Pemda Provinsi Jabar menargetkan kekebalan komunal atau herd immunity terbentuk akhir 2021.
Untuk mengejar target tersebut, penyuntikan vaksin COVID-19 setiap harinya terus ditingkatkan. Saat ini, penyuntikan vaksin di Jabar sudah mencapai hampir 150.000 dosis per hari.
“Kita sudah meningkatkan tiga kali lipat penyuntikan per harinya, dari 50.000 dosis menjadi hampir 150.000 dosis,” papar Emil.
BACA JUGA: Gubernur Ridwan Kamil Optimis Jabar Segera Menuju New Normal
“Kita sudah tertinggi nomor dua setelah DKI Jakarta. Jakarta dengan infrastrukturnya itu 180.000, kita hampir 150.000. Jadi sudah sangat tinggi,” lanjutnya.
Pemda Jawa Barat Tingkatkan Vaksinasi menjadi 450.000 Dosis Per Hari
Namun demikian, angka itu saja tidak cukup. Pemda Jawa Barat akan meningkatkan menjadi 450.000 dosis per hari sampai Desember.
“Nantinya puskesmas akan kita maksimalkan bagi yang belum optimal, berkeliling jadi tidak hanya di puskesmas tapi ke desa-desa,” imbuhnya.
Selain itu, untuk mempercepat penyuntikan vaksin COVID-19, Pemda Provinsi Jabar akan berkoordinasi dengan klinik-klinik dan rumah sakit untuk melaksanakan vaksinasi COVID-19. Mobil vaksinasi COVID-19 pun sudah dipersiapkan.
BACA JUGA: Gubernur Ridwan Kamil Minta Kepala Daerah Kompak Menjalankan PPKM
“Kemudian inovasi pihak ketiga, ada sentra vaksinasi di industri, mall, di mana-mana. Kami berharap Desember selesai dengan catatan jumlah vaksin yang diberikan ke Jabar itu minimal 15 juta dosis vaksin sebulan,” kata Kang Emil.
Berdasarkan data pen-prod.udata.id pada 10 Agustus 2021, masyarakat Jabar yang telah mendapat vaksinasi COVID-19 dosis pertama sebanyak 6.922.375 orang. Adapun untuk dosis kedua sebanyak 3.402.548 orang.
Pada periode yang sama, total distribusi vaksin COVID-19 dari pemerintah pusat ke Jabar sebanyak 13.346.384 dosis.
BACA JUGA: Aturan Ganjil Genap Masih Berlaku di Garut, Padahal PPKM Sudah Turun Level 3
Sedangkan realisasi sudah mencapai 10.181.667 dosis atau 76,28 persen dari total distribusi.
Adapun sisa distribusi-realisasi sebanyak 3.164.717 dosis akan digunakan untuk dosis kedua yang membutuhkan 3.469.079 dosis. Artinya, saat ini, Jabar kekurangan vaksin COVID-19 untuk dosis kedua sebanyak 304.362 dosis.
“Jadi saya keberatan kalau vaksinasi disebut Jabar masih rendah. Kita ini menghabiskan apa yang dikasih. Jadi jangan selalu mengukur dari persentase. Jumlah yang diberikan ke DKI dan Jabar itu mirip-mirip dan kita habiskan dengan kecepatan yang hampir sama,” ujar Kang Emil.
“Kalau dipersentasekan terhadap jumlah penduduk, maka memang terlihat rendah. Tapi, bukan rendah karena kinerja. Jadi kalau boleh membandingkannya dengan absolut atau jumlah yang sudah disuntikkan,” katanya.