Berseragam Layaknya Petugas, Ternyata Porter di Stasiun Tak Bergaji
BANDUNG, Kliknusae.com – Ironi. Ungkapan ini rasanya sangat tepat ditujukan kepada para porter yang selama ini beroperasi di stasiun.
Bagaimana tidak, dengan seragam yang gagah dan bersih ternyata mereka adalah para pekerja lepas yang sama sekali tidak dibayar oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Alih-alih berharap THR lebaran tahun ini, mencari rupiah untuk dibawa pulang saja sangat sulit di tengah situasi pandemi seperti sekarang. Belakangan keprihatinan mereka, sempat viral di grup-grup whatsapp.
Untuk membuktikan itu, Kliknusae.com, Senin (19/04/2021) mencoba menemui beberapa tenaga porter di Pintu Utara Stasiun Kota Bandung, Jalan Kebon Kawung.
Pekerjaan para porter ini adalah membantu dan memasang tangga untuk setiap penumpang yang akan naik kereta.Mereka juga menawarkan untuk membawa barang-barang penumpang keluar stasiun.
Salah satu porter itu adalah, Dadang (54). Ia tak menampik berita yang beredar di sosial media (WA) itu dan meenyatakan kalau dirinya selama ini belum mendapatkan upah secara resmi dari PT. KAI.
” Benar, selama ini memang teman-teman porter belum mendapat gaji, apalagi THR. Selama ini kami mengandalkan tip dari penumpang,” ujar Dadang yang dijumpai usai menyelesaikan shalat Dzuhur, Senin, (19/4/2021).
Ia pun melanjutkan bahwa jika penumpang sedang sepi, banyak dari porter yang bingung mencari pendapatan bahkan untuk makan keluarga.
“Ini kalau penumpang sepi begini, jujur saya bingung mau cari uang, sementara keluarga menunggu di rumah untuk berbuka puasa” lanjut Dadang.
Sebaimana diketahui, PT KAI melakukan perubahan besar saat Ignasius Jonan menjabat sebagai direktur.
Seiring dengan regulasi tersebut penertiban stasiun seperti pedagang, porter dan penumpang terus dilakukan. Sayangnya, penertiban tersebut tak membawa perubahan lebih baik bagi porter.
Dadang berprofesi sebagai porter di Stasiun Bandung sejak belum ada bangunan baru. Semenjak itu pula dirinya mengaku belum pernah mendapat gaji secara resmi dari PT KAI.
Ia datang dari Cicalengka. Sementara di grup merah (kelompok Dadang), sekitar 65 porter lainnya datang dari berbagai daerah seperti Garut, Tasik, Sumedang dan yang terdekat yakni Cibaduyut.
Porter yang beroperasi di Stasiun Bandung dibagi menjadi dua kelompok, yakni seragam merah dan hijau.
Kelompok tersebut berangkat ke stasiun secara bergantian setiap harinya. Dadang menyebutkan seragam yang dikenakan juga merupakan hasil dari tabungan setiap porter.
” Untuk seragam juga kami modal sendiri, setiap orang menyisihkan Rp1000 untuk tabungan beli bahan kain, ungkap Dadang.
Para porter ini, lanjut Dadang, sangat berharap ada kebijakan dari PT. KAI. Setidaknya tenaga porter ini memperoleh upah resmi atas jasa mereka ikut memberikan pelayanan kepada penumpang.
” Kami memang belum pernah menuntut, setiap harinya kami diinstruksikan untuk operasih kebersiihan (Opsih) dan menyiapkan keberangkatan kereta lalu berharap diberi tip oleh penumpang. Soal upah resmi kami berharap ada kebijakan, mengingat kondisi pandemi ini berdampak besar khususnya terhadap porter,” pinta Dadang. (JAV/adhi)