Kejar Target, Dinkes DIY Gelar Vaksinasi untuk Ribuan Pelaku Pariwisata
YOGYAKARTA, Kliknusae.com – Ribuan pelaku pariwisata di Yogyakarta akan mengikuti vaksinasi tahap kedua yang digelar dinas kesehatan provinsi. Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie menyebutkan bahwa persiapan agenda vaksinasi tersebut tengah dilakukan.
“Yang kami siapkan vaksinasi pekan depan (awal April) untuk pelaku pariwisata, guru, UMKM, dan lanjut usia,” kata Pembajun, dilansir Kliknusae.com dari JogloSemarNewscom, Senin (29/3).
Dirinya mengatakan vaksinasi yang digelar pemerintah provinsi ini dimaksudkan untuk percepatan target yang sebagiannya sudah divaksin oleh pemerintah kabupaten/kota. Pembajun mengatakan jumlah peserta vaksin dari lima kabupaten/kota DIY yang terdata yakni sekitar 12.000 orang.
“Intinya dari provinsi ingin membantu percepatan vaksinasi,” kata Pembajun.
Mengingat kemampuan satu daerah dengan lainnya tidak sama, maka percepatan vaksinasi ini diadakan. Untuk kalangan lanjut usia, dari target ribuan peserta vaksin, yang tercapai baru sekitar 100 peserta.
Pelaku Pariwisata Yogyakarta Sudah Ada yang Mendapat Vaksinasi
Begitu pula dengan jumlah pelaku wisata. Sejauh ini, hanya pelaku wisata di kawasan Malioboro Kota Yogyakarta yang tervaksinasi merata, sedangkan pelaku wisata yang tersebar di empat kabupaten lainnya belum menerima vaksin.
“Jadi sasaran percepatan kami tidak hanya mereka yang dari kota saja, melainkan kabupaten juga,” kata Pembajun.
Bertepatan dengan bulan Ramadan, Ia menyatakan vaksinasi tetap dilaksanakan namun diprioritaskan pagi hari.
“Kami laksanakan pagi vaksinasi saat Ramadan untuk menghindari hypoglikemia atau kurangnya kadar gula penerima vaksin. Kalau pelaksanaannya malam hari, ya habis buka puasa, kasian pasien dan tenaga kesehatannya,” kata pembajun.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Singgih Raharjo mengungkapkan rasa syukurnya, karena saat ini distribusi alat deteksi Covid-19 temuan UGM, yaitu GeNose C19 semakin masif dan sangat diharapkan membantu pemulihan wisata.
“Dengan alat itu proses pengambilan sampel yang tidak sakit dan hasil tes yang cepat, serta sangat terjangkau dari sisi biaya,” kata Singgih.
Singgih mengakui bahwa imbauan “di rumah aja” selama pandemi ini berseberangan dengan kegiatan pariwisata. Namun, pendapatan para pelaku pariwisata dan industri kreatif semakin menurun dan kehilangan pekerjaan.
“Bukan berarti membenarkan ada kerumunan, tapi paling tidak alat ini membantu para pelaku perjalanan,” pungkasnya. (JV/TSS)