Asito Go Akomodir Buyer to Buyer
JELAJAH NUSA – Menjual paket wisata kini akan semakin mudah. Kemajuan teknologi digital menjadi kata kuncinya. Dalam upaya menghadapi persaingan global yang menuntut kecepatan, belum lama ini Asosiasi Tour dan Travel Agent ( Asita) mengeluarkan platform digital, namanya Asita Go.
Aplikasi ini untuk mengakomodir seluruh anggota Asita sebagai ajang bagi para agen travel menjual paket wisata.
“Visi kita melindungi anggota yang tersebar seluruh Indonesia dengan platform digital ini,” ujar Ketua Umum Asita Asnawi Bahar disela-sela acara Rakornas Pariwisata IV 2017, di Jakarta.
Namun sejauh ini platform Asito Go baru sebatas untuk kepentingan para buyer.
“Jadi sekarang masih B to B (buyer to buyer), nanti proyeksi di 2018 sudah bisa B to C, artinya dibeli langsung oleh customer (wisatawan),” terang Asnawi.
Selain bentuk digitalisasi, Asita Go juga akan menjadi tempat sharing economy antar agen. Sehingga kekhawatiran anggota Asita tentang serangan digitalisasi dari perusahaan luar bisa diseimbangkan.
“Persoalannya kan kita menguatkan internal dulu, ada 7000-an anggota di Asita yang berada di daerah, nah ini sedang kita sosialisasikan dulu sampai semua di daerah bisa kuat,” tambahnya.
Sekretaris Jendral Asita, N Rusmiati, menambahkan platform digital tersebut sudah tersedia dalam bentuk situs mobile maupun desktop, juga aplikasi pada Android.
“Nantinya di sini langsung keluar paket-paket dari Asita di 43 provinsi. Agen dan wisatwan bisa langsung milih berbagai jasa tur travel dari seluruh Indonesia, semua destinasi,” terang N Rusmiati dalam kesempatan yang sama.
Tak lupa, untuk bisa terintegrasi dengan Kementerian Pariwisata, platform ini nantinya juga bisa diakses dari situs resmi indonesia.travel.
“Nanti kita akan nempel ke situsnya indonesia.travel, dalam rangka misi tertentu juga, menguatkan industri dalam negeri,” tutupnya.
Masih kata Asnawi Bahar agar para pemilik biro perjalanan tak khawatir menghadapi digitalisasi.
“Kemajuan teknologi sedang melanda dunia. Saya ingin sampaikan khususnya biro perjalanan Indonesia bahwa teknologi merupakan alat yang bisa memberikan kemudahan bagi kita dalam mengembangkan usaha,” katanya.
Oleh sebab itu, lanjut dia, teknologi memang akan ada dampaknya, seperti halnya penjualan tiket dan pemesanan hotel yang dikuasasi oleh online. Namun, hal tersebut bukan sesuatu yang harus ditakuti.
” Biro perjalanan punya sentuhan kemanusiaan, ada pelayanan, sentuhan alam, dan budaya. Bukan mesin. Oleh sebab itu tidak usah khawatir, biro berjalanan nggak akan bernasib seperti wartel,” ucapnya.
Dengan demikian, Asnawi berharap para biro perjalanan dapat meningkatkan produksi dan pelayanan dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
Menurut dia, industry pariwisata adalah masa depan Indonesia.
“Pertumbuhan pendapatan (dari pariwisata) meningkat cukup tajam. Serapan tenaga kerja cukup besar. Marilah bersama membangun sektor wisata untuk jadi andalan (pendapatan Indonesia),” kata Asnawi.
(adh)