Boleh Liburan Ke Puncak, Asal Ke Tempat Yang Berbayar
Kliknusae.com – Bagi kalian yang ingin menghabiskan akhir pekan atau berlibur di kawasan Puncak Bogor,Jawa Barat tak bisa lagi leluasa.
Selama pandemi corona (Covid-19) pemerintah memberikan aturan bagi pengunjung di kawasan objek wisata favorit ini. Terutama yang datang dari Jakarta.
“Kalau ada yang mau wisata, boleh asal ke lokasi yang berbayar. Karena (hasil rapid test) di Puncak ditemukan 88 reaktif dan 2 positif, itu warga Jakarta. Maka kita imbau, warga Jakarta jangan dulu datang ke Puncak,” demikian ditegaskan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil usai meninjau rapid test massal di Stasiun Bogor, Jumat (26/6/2020).
Pria yang akrab disapa Kang Emil menyebutkan, pergerakan wisatawan saat ini belum sepenuhnya bisa dikendalikan.
Karena kebanyakan wisatawan asal Jakarta itu datang ke kawasan Puncak ke lokasi-lokasi wisata yang tidak berbayar dan tidak terpantau.
Oleh karena itu, ia mengimbau agar warga Jakarta hanya berwisata ke lokasi-lokasi wisata yang berbayar karena terkontrol dan memberlakukan protokol kesehatan dalam operasionalnya.
“Kenapa, karena pergerakan wisatawan masih belum terkendali, kecuali pariwisata yang bayar tiket, itu (wisatawan) bisa diatur, bayarnya bisa online dan lain-lain,” ujarnya.
Menurut Emil, kebanyakan wisatawan selama ini masuk ke wilayah-wilayah yang tidak ada pengelolanya.
“Ke air terjun, ke kebun teh, itu yang masih kita kaji. Karena banyak yang positif, maka masih banyak yang kita tutup,” kata Emil.
Sebelum ke Stasiun Bogor, Emil didampingi Wali Kota Bogor Bima Arya melakukan peninjauan ke Pondok Pesantren Al-Falakiyah di Pagentongan, Loji, Bogor Barat. Kedatangan mereka disambut pengasuh pesantren KH Tubagus Asep Zulfiqor.
Selain melihat protokol kesehatan di pesantren tersebut, dilakukan juga tes massal kepada para santri.
“Saya bersama Pak Wali Kota Bogor melakukan kunjungan dan silaturahmi di Pesantren Al-Falakiyah, Bogor Barat. Mengecek persiapan protokol kesehatan. Setelah saya amati semua telah dilakukan dengan baik. Ada ekstra pengecekan rapid test pada santri, kemudian juga masker yang menjadi kewajiban, jaga jarak dan cuci tangan akan diberlakukan dalam proses belajar mengajar,” ungkap Emil.
Ditambahkan Emil, di Jawa Barat pesantren sudah bisa dibuka dengan penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).
“Pesantren memang dibuka lebih dulu dari sekolah umum karena pesantren start dan finish-nya berbeda-beda. Kurikulumnya juga berbeda-beda. Jadi kalau satu buka, satunya belum tidak masalah. Berbeda dengan sekolah umum yang start finishnya berbarengan,” ujarnya.
“Di Kota Bogor, maupun kami di Provinsi sangat mendengar nasehat para ulama, kyai untuk kita pastikan keamanan covid menjadi utama,” tambah dia.
(adh)