Pengusaha Jakarta Belum “Happy” Meski New Normal Dimulai
Kliknusae.com – Menghadapi era kenormalan baru (new normal) di tengah pandemi Covid-19 yang direncanakan pemerintah tak membuat pengusaha di Jakarta serta-merta bahagia (happy).
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Diana Dewi mengatakan, para pengusaha khawatir pemasukan yang mereka dapatkan nantinya tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan.
“Kalau usahanya dimulai, lalu pangsa pasarnya tidak ada, itu akan memengaruhi kapital yang semakin berkurang di mana biaya operasional tetap keluar, sedangkan income tidak balance,” ujar Diana di Jakarta, Minggu (31/5/2020).
Diana menjelaskan, daya beli masyarakat belum tentu sudah pulih saat pemerintah mulai menerapkan era new normal. Sebab, banyak warga yang perekonomian terdampak Covid-19.
Angka pengangguran pun melonjak. Hal itulah yang menyebabkan para pengusaha di Jakarta khawatir untuk memulai kembali usahanya saat new normal nanti.
“Sampai saat ini, sebagian pengusaha masih ada yang ragu untuk melangkah dengan keputusan mau memulai operasional atau menunggu,” kata Diana.
Bila usaha dimulai kembali tapi Covid-19 masih mewabah, lanjut Diana, ini akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat yang belum pulih.
Tetapi, kalau (usahanya) tidak juga dimulai, kapan bisa memulihkan ekonomi pengusaha itu sendiri,” tambah dia.
Oleh karena itu, Kadin DKI Jakarta berharap pemerintah memberikan relaksasi kepada para pengusaha untuk kembali menggeliatkan usahanya. Relaksasi yang dibutuhkan salah satunya di sektor perpajakan.
“Dan buat regulasi yang jelas kepada bank untuk memberikan keringanan bunga bank kepada seluruh debitur yang usahanya terkena dampak,” ucap Diana.
Diana pun mengakui krisis ekonomi mulai terasa di Jakarta akibat wabah Covid-19.
Alasannya, perekonomian Jakarta ditopang oleh sektor perdagangan dan konsumsi masyarakat, sementara banyak sektor-sektor usaha tersebut yang tutup akibat Covid-19.
Sektor usaha yang paling terpuruk akibat Covid-19 di antaranya tour & travel, properti, hotel, dan resto.
Ribuan resto dan waralaba terpaksa tutup selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Sekitar 100 hotel di Ibu Kota pun terpaksa berhenti beroperasi.
(adh/kom)