Situs Taman Sari Saksi Sejarah Kekratonan DIY ke I

Kolam pemandian permaisuri Keraton Jogja (Foto: Jelajah Nusa/Ozzi)

lorong utama tempat Keraton Hamengkubuwono ke I menuju tempat peristirahatan dan kolam pemandian para permaisuri (Foto: Jelajah Nusa/Ozzi)

JELAJAH NUSA – Daerah Istimewa Yogjakarta (DIY) memiliki sejarah panjang dimasanya. Berbagai tempat bangunan, serta destinasi alamnya begitu kental dengan masa penjajahan kolonial Belanda.Dengan suasana alam yang asri, kota yang dipimpin Haryadi Suyuti ini begitu terasa sejak berada di kawasan. Keraton Yogya. Ditumbuhi beberapa pohon lindung jenis beringin, membuat siapapun yang melintasi kawasan ini ingin merasakan segarnya sepoi-sepoi angin, terutama siang hari.

Lorong penghubung (Foto:Jelajah Nusa: Ozzi)

Sekitaran Yogya, terdapat beberapa bangunan penuh sejarah berdiri kokoh. Bahkan, benteng sekitaran keraton hingga saat ini masih menjadi salah satu tempat favorit warga sekitar maupun pelancong yang berkunjung. Selain Keraton Yogya, komplek pemandian Sultan di Taman Sari juga menjadi salah satu tujuan wisatawan lokal maupun mancanegara. Berbekal informasi dari internet dan rekomendasi mulut kemulut menimbulkan rasa penasaran wisatawan untuk datang menyaksikan lorong rahasia yang terdapat di sekitaran Keraton Yogya tersebut.

Kota Pelajar Yogyakarta tidak hanya nyaman di hati, namun juga punya banyak objek wisata sejarah yang menarik. Salah satunya adalah komplek pemandian Sultan Yogya bernama Taman Sari yang dahulu berfungsi sebagai kebun istana. Berlokasi tidak jauh dari Keraton Yogya, Taman Sari cukup sering didatangi oleh wisatawan lokal hingga mancanegara, menurut keterangan warga sekitar, Taman Sari dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1758.

Layaknya sebuah taman, di sana dapat dijumpai kebun hijau, kolam pemandian, jembatan gantung hingga danau buatan dan lorong bawah air. Menariknya, di balik pesona Taman Sari tersembunyi sebuah masjid tersembunyi yang disebut Sumur Gumuling. Lokasinya hanya dapat dicapai dengan melewati lorong bawah tanah bernama Tajug yang seperti labirin. Secara fungsi, lorong tersebut memang sengaja dibuat untuk mengelabui penjajah Belanda.

Tangga mesjid Tajuk (Foto: Jelajah Nusa/Ozzi)

Tepat di ujung lorongnya, terdapat area melingkar dengan satu titik di tengah yang dihubungkan oleh lima tangga di sekitarnya. Diketahui kalau titik tengah ruangan itu dulu berfungsi sebagai mimbar bagi pemuka agama untuk berdakwah. Raja dan anggota keluarga pun biasa duduk di area lorong untuk melakukan sholat serta kegiatan keagamaan yang dahulu dilarang oleh Belanda.

Desain lorong yang memiliki dua lantai dan kedap suara pun semakin mendukung kekhidmatan umat untuk beribadah. Suara yang dikeluarkan di Sumur Gumuling akan saling memantul dan bergema layaknya seperti menggunakan pengeras suara, hanya saja secara tradisional. (OZI)

 

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya