Mengapa Kesultanan Siak Sri Indrapura Selalu Eksis
Sejarah mencatat bahwa kesultanan Siak Sri Indrapura, sebagai satu-satunya keraajaan maritim nusantara yang hingga kini masih meninggalkan bukti sejarah baik dari sisa-sisa peninggalan pusat kerajaan antara lain: Istana Siak Sri Indrapura yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Kota Siak bukan sekedar kota di pinggir sungai (riverside city) tapi kini sudah disulap menjadi sebuah kota modern yang menghadap sungai (Modern Waterfront city) yang patut dicontoh oleh kota-kota lain di Indonesia.
Walaupun dibawah kepemimpinan Sultan Syarif Kassim-II atau kesultanan XII pada awal kemerdekaan RI 1946, kerajaan ini resmi berakhir itupun bukanlah dikarenakan “kebangkrutan” secara ekonomi ataupun karena serangan musuh.
Berakhirnya kesultanan Siak Sri Indrapura dilakukan secara sukarela oleh Sultan XII sendiri tanpa suatu tekanan baik secara politik maupun militer.
Penyerahan tahta dilakukan secara total selain mahkota kerajaan, bangunan istana, asset-asset kerajaan bahkan sultan juga menyumbangkan kekayaan berupa uang tunai sejumlah 13juta gulden (setara 1 trilyun rupiah).
Hal itu dilakukan karena sultan menyadari betul bahwa sistim pemerintahan di era kemerdekaan sudah dianggap tidak lagi relevan dengan semangat Kemerdekaan & NKRI.
Bahkan sang Sultan secara aktif menyuarakan semangat kemerdekaan, melakukan perjalanan keliling Sumatra timur dan membujuk raja-raja melayu yang dulunya berada di “bekas” wilayah kekuasaan kesultanan Siak Sri Indrapura spt Raja Tanjung Balai Asahan, Batubara, Serdang Bedagai, Deli dan Langkat untuk menyerahkan kekuasaan dan menggabungkan kepemerintahan kepada Republik Indonesia.
Mengapa Kesultanan Siak Sri Indrapura selalu eksis dari masa ke masa? Tak lain karena setiap sultan yang memerintah pada masa nya memahami benar dinamika masyakatnya dan mengikuti perkembangan zaman.