Suku Sasak Pertahankan Budaya Kawin Lari
JELAJAH NUSA – Suku Sasak Lombok Nusa Tenggara Barat masih mempertahankan tradisi adat ‘Merari’ atau kawin lari hingga saat ini.Mungkin bagi sebagian daerah di Indonesia, menganggap perkawinan ini dianggap tabu atau tak lazim bagi masyarakat beragama islam yang notabene taat beragama.
Jika kamu berkesempatan berlibur atau melipir ke daerah Mataram ini tepatnya bagian Lombok Barat, masyarakat sekitar langsung membuka percakapan dengan menanyakan kepada turis mengenai cerita rakyat kawin lari tersebut.
Ya, kisah legendaris ‘Merari’ atau kawin lari sudah begitu terkenal bagi suku Sasak, Lombok Barat. Dimana, cerita sepasang sejoli yang menikah tidak secara biasa.
Menurut informasi dari warga setempat, Merari merupakan cerita turun temurun dan masih diterapkan dalam acara pernikahan anak-anaknya hingga sekarang.
Konon, cerita ini berawal dari adegan penculikan seorang gadis dari rumah orang tuanya untuk dinikahi. Penculikan wanita terjadi bisa atas alasan cinta yang tidak direstui orang tua atau cinta pria yang bertepuk sebelah tangan.Tetapi, penculikan juga bisa dilakukan sebagai “ritual” melanggengkan tradisi. Pulau yang beribukota Mataram ini cukup menarik untuk disaksikan. Banyak ritual-ritual yang bisa disaksikan ketika ada festival tahunan.
Selain Merari, adat perkawinan ini juga sering disebut Melaik. Di beberapa wilayah lainya seperti Lombok Utara dan Bayan lebih dikenal dengan Memulang. Selain itu, Suku Sasak juga memiliki kampung sendiri bernama Kampung Sade di Lombok Tengah. Pasalnya, masyarakat Sasak suka hidup berkelompok dari nenek moyang mereka.
Plang besar bertuliskan “Welcome to Sasak Village, Sade, Rembitan, Lombok.” Langsung menyambut pengunjung yang hendak memasuki kampung yang hanya dihuni puluhan Kepala Keluarga saja sebagai tempat destinasi wisata dikawasan tersebut.
Wisatawan disambut dengan beberapa pemuda yang menawarkan diri menjadi lokal guide untuk menemani dan memberikan informasi seputar Kampung Sade.Keunikan dari kampung ini ialah bahan pembuatan rumah yang hanya menggunakan bahan alami seperti tanah liat, sekam padi dan beratap alang-alang.
Untuk lantai yang bertanah lihat, masyarakat sekitar menggunakan kotoran sapi untuk membersihkan lantai dari debu yang hinggap dirumah mereka.Rata-rata, masyarakat sekitar memanfaatkan keahlian untuk membuat tenunan cinderamat berupa syal yang bahan benang dibuat sendiri dengan menggunakan pewarna alami tumbuhan dan tanaman sekitar.
(OZI)