Warga Desa Wisata Jatiluwih Berharap Program Sustainable
JELAJAH NUSA – Jatiluwih adalah nama sebuah desa di kaki Gunung Batukaru yang terletak sekitar 26 km di sebelah utara Kota Tabanan atau 47 km barat laut dari ibu kota Provinsi Bali.
Keunikan Jatiluwih dengan panorama sawah terasering dan berdirinta bangunan suci (pura) menjadikan daerah ini perlu dilestarikan sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Bali.
Perda ini menyebutkan kebijakan pengembangan struktur dan pola pemanfaatan ruang Provinsi Bali, diantaranya mencakup upaya pemantapan kawasan lindung, termasuk pemantapan kawasan perlindungan setempat yang terkait dengan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
Perkembangan Kepariwisataan Daya Tarik Wisata Jatiluwih dimana fasilitas wisata telah dilengkapi dengan fasilitas tempat parkir, toilet, dan bale bengong untuk tempat istirahat sementara yang disediakan oleh rumah makan Cafa© Jatiluwih.
Di sekitar objek dan daya tarik wisata Jatiluwih telah dibangun beberapa rumah makan, yaitu rumah makan Wakaloka, Naga Puspa dan Cafa© Jatiluwih dalam rangka penyiapan jasa pelayanan makan dan minum, namun yang masih ada saat ini hanya Cafa© Jatiluwih.
Sedangkan sarana akomodasi diusahakan melalui pemberdayaan masyarakat dalam memanfaatkan sebagian rumah-rumah penduduk sebagai homestay. Sarana jalan dapat dilalui kendaraan bermotor dari jalur timur, yaitu lewat pertigaan Pacung menuju Jatiluwih, demikian pula dari jalur barat lewat objek wisata Yeh Panes Penatahan – Pura Batukaru lanjut ke Jatiluwih.
Pengabdian masyarakat merupakan salah satu bagian dari tridarma perguruan tinggi yang harus dilaksanakan oleh setiap program studi, dibuka oleh Sekretaris Ketua Manajemen Pengelola Homestay Jatiluwih Driana Rikarona, dan Perwakilan Kepala Desa Jatiluwih yang diwakili oleh Pekaseh Jatiluwih Nyoman Sutama.
Sementara dari Universitas Udayana hadir Ketua Program Studi S3 yaitu Prof DR. Komang Gede Bendesa, MADE dan Sekretaris Ir Anak Agung Suryawan Wiranatha, M.Si, Ph.D dengan jumlah peserta yaitu 40 orang.
Pengabdian ini dilakukan karena kebutuhan dari pengelola daya tarik wisata Jatiluwih terhadap pengetahuan masyarakat terhadap manajemen pengelolaan homestay yang menjadi salah satu sumber mata pencaharian dari masyarakat di Desa Jatiluwih.
Yoga Iswara, BBA, BBM, M.M, CHA (CEO Maca Villas Group) yang menjelaskan betapa pentingnya dalam aktivitas pariwisata tetap menjaga lingkungan di Desa Jatiluwih. Dengan cara ini kelesetarian alam bisa terjaga dan menambah point bagi kunjungan wisatawan.
Hal senada juga dikemukakan Ramia Adnyana, SE, MM, CHA (General Manager H Sovereign Bali) bahwa perlu pengelolaan homestay yang efektif dan efisien yang menitik beratkan pada produk, pelayanan dan pengelolaan.
Penutupan dari pengabdian masyarakat oleh Program Studi S3 Pariwisata ini ditutup dengan pemberian 10 tong sampah yang diserahkan oleh Ketua Program Studi S3 Pariwisata Prof Bendesa kepada Ketua Panitia I GPB Sasrawan Mananda yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat akan budaya utk memilah sampah yang dapat berguna untuk menjaga Desa Jatiluwih asri dan bersih dari sampah terutama sampah plastik.
Masyarakat sangat antusias dengan program pengabdian masyarakat ini dalam rangka meningkatkan usaha homestay di Jatiluwih yang sudah dikunjungi lebih dari 150,000 orang setiap tahunnya untuk sightseeing.
Warga pun berharap terus dilakukan pendampingan secara berkelanjutan (sustainable) sampai masyarakat merasa sudah cukup dan berhasil.
(adh)