5 Karakter Wisatawan Indonesia
JELAJAH NUSA – Karakter wisatawan domestik ternyata cukup berbeda jauh dengan turist asing. Ciri-ciri yang bisa kita lihat dari beberapa tingkah laku pada objek wisata dan selera kepada pemilihan objek wisata. Pada pelaku bisnis yang terjun di sektor wisata dan hospitality, harus bisa mengenal semua karakter pada wisatawan yang datang dari mana saja. Hal itu bertujuan untuk menempatkan pada standar servis yang baik untuk pelanggannya. Beberapa karakter dan kebiasaan-kebiasaan wisatawan domestik Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1. Photoholic; wisatawan Indonesia cenderung sangat suka berfoto. adanya HP berspesifikasi tinggi dan digital kamera, memudahkan hasrat wisatawan Indonesia untuk berfoto. Mereka berfoto didepan gate Airport, didepan toko, di samping papan iklan bahkan di depan toilet sekalipun. Mereka berfoto hampir di setiap pengkolan baik sendirian maupun berkelompok.
2. Atraksi wisata ; tanyakan pada wisatawan Indonesia, atraksi wisata mana yang menarik perhatian mereka. Jawabannya bisa beragam, ada yang suka atraksi budaya, ada juga yang menyukai atraksi alam. Tapi sikap dan tingkah laku para wisatawan tersebut justru menunjukkan kalau destinasi belanja adalah destinasi favoritnya. Cukup 30 menit hingga satu jam untuk berada di atraksi alam atau budaya. Tapi dua jam di tempat belanja pun rasanya belum cukup.
3. Pola Belanja;”Saya tidak akan belanja” sahut seorang tamu ketika memasuki wilayah Petailing Street di Kuala Lumpur. Ucapan hanyalah ucapan. Ketika sang tamu kembali ke bis, dia sudah menenteng tiga kantung plastik besar hasil belanja selama satu setengah jam. Banyak alasan yang diungkapnya, mulai dari “Kapan lagi bisa kesini” atau “harganya murah banget” sampai “di Bandung gak ada yang jual” di ucapkannya sebagai pembenaran dari pelanggaran janji yang dia buat sendiri. Pola beli impulse buying seperti ini memang sangat rentan terjadi pada wisawatan asal Indonesia. Terutama ketika ybs merasa memiliki kesempatan kecil untuk berangkat ketempat yang sama lagi.
4. Informasi; Sejatinya, salah satu alasan orang berkunjung ke wilayah lain diluar daerahnya adalah untuk memperoleh informasi dan ilmu tentang destinasi yang dikunjunginya. Paling tidak fenomena itu yang akan kita lihat dari wisatawan-wisatawan asing asal Eropa atau Asia Timur. Berbeda dengan wisatawan Indonesia. Mereka cenderung kurang aktif dalam mencari informasi. Jarang bertanya, dan kurang peduli pada detail-detail atraksi wisata. Ironis memang melihat seorang guide Thailand berbahasa Inggris dengan semangat menjelaskan tentang sejarah Kuil Buddha Mas pada wisatawan Eropa, sementara guide Thailand yang berbahasa Indonesia sibuk membantu tamunya menawar barang yang dijual dipinggir Kuil Buddha Mas.
4. Narsis; Teknologi informasi membuat wisatawan Indonesia terpuaskan hasrat “narsis-nya”. Perhatikan saja profil picture bbm, facebook atau twitter para wisatawan Indonesia. Ketika menginjakkan kaki di destinasi tujuan, hal pertama yang dilakukan adalah mengambil foto dan upload di social media. Bahkan jika perlua, mereka akan berganti profile picture dan status setiap 30 menit agar seluruh teman-temannya tahu dia sedang berada di lokasi wisata tersebut.
5. Complain; nah, ini yang repot bagi para Tour Leader di lapangan. Kecenderungan orang Indonesia sering untuk tidak melakukan komplain langsung bila ada hal yang mereka rasa tidak sesuai. Alih-alih langsung melakukan komplain terhadap pengelola tour, Mereka lebih suka membicarakannya di bus bagian belakang atau di kamar hotel bersama rekan-rekannya. Atau mungkin baru akan komplain ketika tiba kembali di tanah air dengan mengirim surat ke suara pembaca. Adalah kewajiban dari Tour Leader untuk bertanya langsung terkait komplain yang mungkin ada dari tamu.