Letusan Sinabung Tak Membuat Wisatawan Bergeming
JELAJAH NUSA – Letusan kecil Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, yang masih sering terjadi tak mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung di kawasan ini. Begitu pun aktivitas masyarakat di sekitar zona merah yang diberlakukan pemerintah berjalan seperti biasa.
“Ya, erupsi Gunung Sinabung seperti ini sering terjadi. Tapi tak sampai besar, hanya semburan sesekali kemudian normal lagi,” kata salah seorang warga Desa Tiga Pancur, Kecamatan Simpang Ampat yang ditemui Jelajah Nusa, Rabu (16/7/2017).
Jelajah Nusa sempat mengabadikan erupsi Gunung Sinabung pada pukul 09.30 WIB dari Tikungan Panatapan. Tidak ada rasa panik dari warga yang membuka warung-warung kecil di lokasi yang sering digunakan wisatawan atau warga lokal untuk menyaksikan Gunung Sinabung lebih dekat.
Terlihat dua wanita yamg menggendong anak balita begitu asyik memandang puncak Gunung Sinabung meski abu vulkanik memancar ke langit. Mereka merupakan warga sekitar Kabupaten Karo yang sedang menghabiskan liburan.
Secangkir kopi hitam terhidang di meja ala kadarnya yang disiapkan si empu warung. Sesekali mereka bercengkeramah ambil menunjuk ke kepulan asap gunung yang terbawa angina.
Gunung Sinabung tercatat melontarkan abu setinggi 4,2 kilometer dan meluncurkan awan panas sejauh 4,5 kilometer ke arah tenggara dan timur, pada Rabu (2/8/2017) sekitar pukul 10.00 WIB.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pos Pengamatan Gunung Sinabung PVMBG melaporkan, pada hari ini, pukul 08.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB, telah terjadi beberapa kali letusan dan 17 kali awan panas guguran.
Misalnya, pada pukul 10.09 WIB, awan panas guguran meluncur sejauh 4 kilometer ke arah tenggar dan timur dengan tinggi kolom abu 3 kilometer.
Kemudian pada pukul 10.14 WIB, Sinabung kembali meletus setinggi 3 kilometer disertai luncuran awan panas guguran sejauh 4 kilometer ke arah tenggara dan timur. Selanjutnya, Sinabung kembali meletus pada pukul 10.20 WIB dan 10.31 WIB.
“Tidak ada korban jiwa, namun ribuan penduduk terdampak langsung dari hujan abu vulkanik akibat letusan Gunung Sinabung,” ucap Sutopo dalam keterangan tertulis kepada media.
Hujan abu menyebar di beberapa tempat seperti di Desa Perbaji, Sukatendel, Temberun, Perteguhen, Kuta Rakyat, Simpang Empat, Tiga Pancur, Selandi, Payung, dan Kuta Gugung. Warga membutuhkan masker dan air untuk membersihkan lingkungan.
BPBD Karo bersama TNI, Polri, Dinas Kesehatan dan SKPD lain, relawan, dan masyarakat telah membagikan masker, pembersihan jalan dan lahan, pembersihan aset pemerintah (pasar dan tempat umum lainnya) dan mengimbau masyarakat untuk tidak memasuki zona merah.
“PVMBG merekomendasikan masyarakat dan pengunjung agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km dari puncak dan dalam jarak 7 km untuk sektor selatan dan tenggara di dalam jarak 6 km untuk sektor tenggara dan timur, serta di dalam jarak 4 km untuk sektor utara dan timur Gunung Sinabung,” tambah Sutopo.
Warga yang bermukim dan beraktivitas di dekat sungai-sungai yang berhulu di Sinabung diimbau waspada terhadap ancaman bahaya lahar, terutama penduduk yang bermukim dan beraktivitas di sekitar hilir daerah aliran Sungai Laborus.
Pasalnya, bendungan alam ini sewaktu-waktu dapat jebol bila tidak kuat menahan volume air sehingga mengakibatkan lahar/banjir bandang ke hilir.
Hingga saat ini, masih tercatat 7.214 jiwa atau 2.038 KK di 8 pos pengungsian. Namun hanya ada 2.863 jiwa yang tinggal di pos pengungsian. Warga lainnya banyak yang tinggal di tempat lain di luar pos pengungsian.
“Masyarakat dihimbau untuk terus waspada dan mentaati rekomendasi pemerintah. Tidak dapat diprediksikan sampai kapan Gunung Sinabung akan berhenti meletus. Parameter vulkanik dan seismisitas gunung masih tetap tinggi sehingga potensi letusan susulan masih akan tetap berlangsung,” ungkap Sutopo.
(adh/KOM)