PHRI NTB Sampaikan Tingkat Hunian Hotel Bisa Terjun Bebas

Klik nusae – Tingkat hunian hotel (accupation–acc) di Nusa Tenggara Barat (NTB) belum menunjukan tanda-tanda membaik pasca kenaikan harga tiket pesawat. Bahkan terjadi kecenderungan akan terus mengalami turbelensi jika pemerintah tidak secepatnya mengembalikan harga tiket seperti semula.

“Pergerakan usaha pariwisata di NTB kurang menguntungkan akibat harga tiket pesawat mahal. Termasuk imbasanya kepada tingkat hunian hotel yang terus mengalami penurunan,” kata Ketua Badan Pengurus Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPD PHRI) Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Abdul Hadi Faishal kepada Klik nusae,Sabtu malam (29/6/2019).

Pariwisata Lombok yang belum pulih benar dari bencana gempa bumi pertengahan tahun lalu, kini kembali ditimpah “bencana” lain, yakni tingginya harga tiket pesawat. Akibatnya,banyak wisatawan yang membatalkan untuk berlibur atau berwisata di kawasan ini.

“Ibarat sudah jatuh,tertimpa tangga. Begitulah kondisi NTB saat ini. Oleh sebab itu kami sangat berharap pemerintah segera memperhatikan keadaan ini supaya pariwisata di NTB kembali pulih,” kata Hadi yang juga Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA) NTB ini.

Menurut Hadi pemangku kepentingan pariwisata Lombok sebetulnya sudah beberapa kali berkomunikasi dengan pihak maskapai. Tinggal,bagaimana peran langsung pemerintah dalam keseriusan untuk menurunkan harga tiket pesawat.

“Masukan dari industri wisata kurang didengar pelaku bisnis transportasi udara, sehingga tidak muncul keputusan terkait harga tiket sampai sekarang. Disini, tentu sangat dibutuhkan kehadiran pemerintah,” pintanya.

Baca Juga:

Merasakan Nuansa Afrika di Savana Doro Ncanga NTB

Kadispar NTB: Tiga Kapal Pesiar Gagal Sandar Karena Sampah,Hoaks

Singkirkan Jawa Barat,NTB Raih Destinasi Halal Terfavorit

Padahal, tambah Hadi, persoalan tiket ini merambat ke banyak sektor usaha terkait.

“Pada saat kita great sale, saat kita low season, kita punya paket. Dari biro perjalanan bikin paket, hotel sudah kasih diskon, restoran sudah diskon, untuk belanja, makanan, oleh-oleh sudah diskon semua. Yang jadi permasalahan selalu di harga tiket penerbangan yang mahal. Intinya, kembali ke persoalan tiket. Harus segera dinormalkan sebagaimana waktu yang lalu,” ujar Hadi.

Hadi memberi contoh, harga tiket Jakarta-Mataram yang dulu bisa dibeli seharga Rp700 ribu, saat ini paling murah berada di kisaran Rp1,2 juta.

Kenaikan serupa juga terjadi untuk rute Bali-Mataram. Hal ini menyebabkan, wisatawan yang ada di Bali enggan meneruskan perjalanan ke Lombok dan sekitarnya. Begitupun sebaliknya.

Keluhan sudah banyak didengar oleh Hadi dari pelaku industri wisata di Lombok. Di sektor perdagangan, pelaku industri rumah berupa oleh-oleh mengeluh turunnya penjualan.

Penyebabnya adalah karena perubahan aturan yang menerapkan tarif tinggi untuk bagasi penumpang. Padahal selama ini, wisatawan domestik dikenal royal membeli oleh-oleh.

Yang cukup melegakan, tambah Hadi, Menteri Pariwisata Arief Yahya memberi dukungan penuh terhadap persoalan ini.

Sayangnya, semua kunci dipegang oleh Kementerian Perhubungan. Karena itulah, pemerintah pusat harus segera bersikap.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya