Gubernur Jabar Perintahkan Objek Wisata Yang “Palaki” Wisman Ditertibkan

Klik nusae – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk menginventarisir objek wisata yang memberlakukan tiket masuk diluar batas kewajaran. Termasuk perbedaan bagi turis asing dan lokal.

“Saya tidak suka di-komplain kalau bule 100 ribu, turis lokal 50 rebu saat memasuki kawasan objek wisata. Teu bisa kitu, saya juga ambek kalau jadi warga negara asing. Coba pak Kadis telusuri ini. Kalau memang tupoksi (tugas pokok dan fungsi) ada di kita,saya akan keluarkan peraturan gubernur (pergub),” tegas Ridwan Kamil saat menerima kunjungan pengurus Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Jawa Barat Rabu (12/6/2019) di Gedung Sate.

Terhadap “perintah” ini Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Dedi Taufik mengemukakan bahwa pihaknya segera menindaklanjuti. Apalagi pemprov  Jabar sedang gencar-gencarnya untuk menarik wisatawan mancanegara.

“Kendala penertiban pemberlakukan tiket yang dinilai terlalu mahal tersebut karena beberapa objek wisata masuk dalam wilayah Kementerian Lingkungan Hidup,” ujarnya.

Menurut Ridwan Kamil,objek wisata yang memungut tiket masuk sangat tinggi akan merusak citra pariwisata di Jawa Barat.

“Kita bisa diketawai kalau harganya gak masuk di akal. Saya juga tidak suka. Itu akan mengurangi niat orang untuk datang ke Jawa Barat,” lanjut pria yang akrab disapa Emil ini.

Dalam diskusi yang berlangsung penuh kehangatan tersebut beberapa pengurus GIPI mengajukan berbagai masukan terkait kondisi pariwisata di Jawa Barat.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Jawa Barat Cecep Rukmana menyampaikan untuk bersaing dalam menarik wisatawan diperlukan kecepatan dan pelayanan yang baik.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Dedi Taufik (kiri) saat memaparkan potensi pariwisata di Jawa Barat. Foto:adhi

Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Jawa Barat, Herman Rukmanadi misalnya menyampaikan bahwa wisatawan terbesar yang datang ke Jawa Barat masih didominasi oleh Malaysia dan Singapura. Sebagai ciri khas wisatawan Asia mereka hanya melakukan tur tak lebih dari tiga hari.

Para wisatawan asal Malasysia dan Singpura ini rata-rata tiba di Bandung pukul 08.00 WIB. Setelah itu mereka sudah bisa dapat tur. Hari pertama, berkunjung ke utara seperti Lembang dan lainnya. Kemudian hari kedua ke selatan. Setelah itu mereka langsung kembali pulang.

“Nah, kalau perjalanan dari airport saja sudah memakan waktu 4 jam. Ini bisa mempengaruhi jadwal tur mereka,” kata Rukmana memaparkan kondisi wisatawan Asia yang berkunjung ke Bandung kepada Gubernur Ridwan Kamil.

Oleh sebab itu,Rukmanadi berharap kondisi ini juga menjadi pertimbangan pemerintah daerah. Apalagi wisman Asia tersebut datang setiap hari.

“Jadi para wisman tur ini sangat konsen dengan waktu. Kalau perjalanannya saja sudah panjang,pasti sangat berdampak bagi mereka,” tambah Rukmanadi yang juga Owner & Managing Director Bhara Tour Bandung ini.

Potensi wisman lainnya adalah datang dari Belanda. Mereka sampai saat ini melakukan traveling selalu melalui Jawa Barat,apapun yang terjadi.

“Mereka ini (turis Belanda) traveling tidak saja di Bandung, mereka juga sudah ada yang tinggal di Bogor,Sukabumi dan beberapa daerah lainnya. Kalau kita ingin mengembalikan pasar wisman Belanda masih cukup terbuka lebar,” kata Rukmanadi.

Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Jawa Barat, Herman Rukmanadi. Foto:adhi

Apalagi sejarah memperlihatkan sejak tahun 1988 turis paling banyak yang datang ke Jawa Barat berasal dari Belanda.

“Makanya sering juga saya sampaikan kepada rekan-rekan,mari kita kembalikan lagi mereka ke Bandung (Jawa Barat). Sekarang kan diambil daerah lain,” ungkapnya.

Terakhir Rukmanadi menyampaikan keluhan terhadap “kutipan” masuk ke objek wisata yang terlalu tinggi.

“Kepada pak Gubernur, mohon tarif masuk objek wisata dikontrol karena kalau sudah terlalu tinggi kita akan kalah dalam berkompetisi dengan daerah lain. Contoh terdekat, masuk ke Takuban Perahu,misalnya bisa kena 300 rebu pada saat weekend. Harga ini kalau di Bali sudah dapat menginap di hotel,” keluh Rukmanadi.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya