Selamat Jalan Pak Handrio…
Klik nusae – Dunia perhotelan,khususnya di Jawa Barat kehilangan salah satu tokoh bersahaja. Vice President Gumilang Hospitality, Handrio Utomo,Senin (15/04/2019) sekitar pukul 08.00 WIB telah berpulang.
Pria kelahiran Salatiga, 12 Agustus 1952 ini meninggalkan satu istri dan tiga putra-putrinya, Gita Chandra, Reza Prayuha Aji, dan Dana Pratimo Aji.
Rasa duka pun disampaikan beberapa kolega almarhum semasa hidupnya. Baik dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI),Lembaga Sertifikasi Usaha (LSU) Karsa Bhakti Persada,Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) maupun sejawat lainnya yang bersama-sama mengabdi di dunia perhotelan.
Ketua IHGMA Jawa Barat Iwan Rismawardani menyampaikan rasa duka yang mendalam atas kepergian Handrio Utomo.
Iwan mengenal almarhum adalah figure hotelier Sejati. Berkarir dari bawah hingga puncak pimpinan tertinggi di hotel sebagai General Manager di Chain International.
“Buat saya Alm adalah sebagai inspirator kesetiaan pada profesi yang dilalui sesuai proses. Hingga kemudia beliau menjadi pribadi yang matang dan tangguh,” ujar Iwan.
Kedisplinan almarhum juga cermin dari ayahanda yang juga seorang TNI,bagaimana dengan keyakinan tinggi ia tetap konsisten menapaki karirnya di dunia hospitality.
Oleh sebab itu,tak heran sosok Handrio Utomo menjadi panutan bagi para General Manager muda dalam menghadapi tantangan pengelolaan hotel di era digital sekarang.
Melalui tangan dinginnya itu pula, salah satu hotel bintang tiga kalah itu,milik orang Sunda pertama di Bandung berhasil ia tingkatkan menjadi hotel bintang 5. Hotel tersebut adalah The Grand Royal Panghegar yang sekarang sudah berganti brand menjadi El Royale Hotel Bandung.
Handrio Utomo pula orang yang bertanggung jawab untuk mengarahkan The Grand Royal Panghegar melalui proses transisi. Pak Handrio, begitu ia dikenal, telah belajar di sekolah hotel internasional untuk lebih melengkapi dirinya di industri perhotelan.
Setelah lulus, dia merasa perlu melakukan perjalanan dan melihat dunia untuk pengalaman, sehingga dia melamar dan mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan kapal pesiar Amerika.
Ayahnya, seorang Jenderal Angkatan Darat, pernah mengatakan kepada Pak Handrio muda bahwa jika dia ingin mengukir sesuatu yang besar untuk dirinya sendiri, dia harus menjadikan Indonesia sebagai pangkalannya.
Jadi setelah beberapa tahun tinggal di laut, dia kembali dan mendapatkan pekerjaan di Hyatt. Kariernya di Hyatt adalah panjang dan berbuah.
Dia mulai di meja resepsionis dan semakin menjadi Direktur Sumber Daya Manusia dan Direktur Kamar. Dia juga pernah melayani hotel-hotel lain di sela-sela masa tugasnya di Hyatt.
Meskipun berkomitmen untuk pekerjaannya, Pak Handrio masih menempatkan keluarganya sebagai prioritas utama, oleh karena itu menolak transfer ke bagian lain negara ini.
Sepanjang 27 tahun lebih karirnya, Pak Handrio menyadari bahwa ia menikmati aspek pengembangan sumber daya manusia dari industri perhotelan.
Selamat jalan Pak Handrio.
(adh)