Ngopi Gratis dan Berbagi Wawasan Tentang Kopi di #NgopiSaraosna Vol 1

 

Q Grader Asep Sultani (tengah) dan dua Q Grader lainnya serta Ayi Sutedja (kiri) tengah berbagi wawasan tentang kopi pada acara #NgopiSaraosna Vol. 1 di halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro Kota Bandung, Minggu, 19 Maret 2017. (Foto : Irwan/ JN)*

JELAJAH NUSA – Sedikitnya 30 pegiat kopi yang terdiri dari petani dan produsen kopi asal Jawa Barat memeriahkan gelaran #NgopiSaraosna Vol. 1, Minggu, 19 Maret 2017. Acara diadakan di halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro Kota Bandung, dari pagi hingga menjelang sore. Mereka tak hanya hadir dan berpartisipasi, tetapi juga menyuguhkan kopi tubruk secara gratis kepada para pengunjung yang kebanyakan pencinta kopi.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan beserta istri, Netty Heryawan, dan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar turut ambil bagian menikmati orisinal dan kekhasan kopi Jawa Barat bersama para pengunjung. Sebagai pencinta kopi, Heryawan memuji kenikmatan kopi asal Jawa Barat yang beroleh predikat sebagai kopi terbaik di dunia yakni dari Gunung Puntang.

“Dulu dinamakan Java Preanger Coffee yang terkenal di seluruh dunia. Tahun 1922 sempat punah karena penyakit tanaman, sekarang muncul kembali dan merebut gelar juara kopi terbaik dunia pada bulan April tahun 2016 lalu di Atlanta,” pujinya bangga.

Sementara pegiat Kopi Puntang Ayi Sutedja, sebagai inisiator acara mengatakan, event tersebut digelar untuk membangkitkan kembali budaya meminum kopi di tengah masyarakat Jawa Barat. “Jawa Barat adalah penghasil kopi kualitas premium, tapi masyarakat Jawa Barat banyak yang tidak tahu kalau kopi asli Jawa Barat itu sudah mendapat pengakuan di tingkat internasional,” katanya dalam sesi temu wicara di panggung acara.

“Indonesia memiliki budaya asli seruput kopi dari sejak jaman nenek moyang. Kopi tubruk atau menyeduh kopi dengan cara ‘ditubrukkan’ langsung dengan air panas adalah cara terbaik menikmati kopi asli Indonesia,” papar Ayi.

Salah seorang Q (quality) Grader Jawa Barat, Asep Sultani mengatakan, acara ini juga sebagai wahana edukasi bagi para petani kopi untuk menghasilkan kopi yang bernilai tinggi. “Biar kopi berkualitas tinggi, tergantung pada treatment sebelum dan sesudah panen. Soal kualitas air dan zat hara tanah juga berpengaruh. Para petani harus mengenali biji kopi yang matang, cara menjemur, cara penyimpanan hingga proses roasting. Itu semua turut menentukan kualitas kopi,” tuturnya.

Menurut dia, penyimpanan biji kopi yang ideal adalah antara 6 bulan hingga 2 tahun. Tempat penyimpanan juga harus higienis agar rasa kopi yang asli tidak terpengaruh zat yang datang dari luar. Sedangkan soal air panas untuk menyeduh kopi, pria yang akrab disapa Acek ini menyebut 92 hingga 95 derajat celcius.

Pada kesempatan itu, pengunjung benar-benar dimanjakan dengan sajian jenis kopi tubruk dari hampir seluruh daerah di Jawa Barat. Selain itu, digelar juga public cupping atau uji coba kualitas kopi dari tiga macam jenis kopi. (IA)*

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya