Milenial Mulai Tergoda Pertunjukan Wayang Ajen

Ribuan kaum milenial memadati Ball Room Fave Hotel Garut untuk menyaksikan pertunjukan Wayang Ajen,Minggu malam (7/4/2019). (foto:dokumen fave hotel Garut)

Klik nusae – Minggu malam, (7/4/2019) lalu menjadi catatan tersendiri bagi panitia Penutupan Gebyar Pesona Budaya Garut (GPBG 2019). Tak dinyana pertunjukan Wayan Ajen yang dihelar di Ballroom Fave Hotel Garut, dipenuhi generasi muda milenial. Jumlahnya mencapai ribuan.

Wayang Ajen, sebuah pertunjukan wayang modern di era milenial. Selalu mengisahkan cerita kebajikan menyesuaikan jaman, tidak melulu cerita masa lalu.

Disajikan dengan perpaduan teknologi lighting dan musik konteporer tanpa meninggalkan jati diri budaya Sunda.

Pertunjukan Wayang Ajen Interaktif Gaul adalah salah satu bukti nyata perwujudan dari gagasan Wakil Ketua Komisi X DPR RI Ferdiansyah dalam memajukan kebudayaan.

Ferdiansyah mengatakan, kaum intelektual mempunyai gagasan dan ide sehingga disebut Wayan Urgent Milenial.

Untuk kemajuan Kabupaten Garut, dalam hal ini pariwisata berbasis budaya. Satu daerah atau bangsa bisa maju karena kebudayaan.

Ini adalah implementasinya dalam bentuk pengolahan dan pengemasan kesenian tradisional dengan sentuhan teknologi. Namun tetap mempertahankan nilai-nilai budaya yang adiluhung.

“Ini menarik, bisa berkiprah di lebih dari 52 negara tapi tetap tidak meninggalkan jati diri. Ada LED, lampu, sound system, bahkan dicampur lagu-lagu pop tetap tidak meninggalkan jati diri bangsa, yaitu berdasarkan UU No. 5 tahun 2017 pasal 4 dan 5,” jelas Ferdiansyah.

Inilah perwujudan membaca tradisi dengan cara-cara modern. Wayang Ajen hadir untuk diapresiasi oleh kaum milenial dengan sajian kekinian dengan penuh pesan moral.

“Inilah sejatinya tontonan yang mengandung tuntunan. Selain itu Wayang Ajen Interaktif Gaul adalah prosesi budaya sebagai Atraksi Pariwisata yang bisa mendunia,” kata Ferdiansyah.

Ferdiansyah menjelaskan, orang datang ke tujuan wisata ada tiga hal. Pertama, berkaitan dengan budaya.

Sebesar 65 persen orang hadir ke suatu tempat karena budaya, 35 persen karena alam, 5 persen karena buatan, seperti meeting, konvensi, musyawarah.

“Garut 80 persen wilayahnya konservasi alam maka tidak lain yang dikembangkan pariwisata berbasis budaya,” ujarnya.

Pertunjukan Wayang Ajen Interaktif Gaul kali ini ada yang istimewa. Dibuka dengan pertunjukan seni Anak-Anak Disabilitas Garut.

Mereka menampilkan Seni Silat, Tari Jaipongan, dan Musik Angklung dari sanggar Sabilulungan Kabupaten Garut.

Selain itu, ada juga Kolaborasi Seni Tari, Musik, Calung, yang membawakan tarian nusantara. Sebelum Wayang Ajen, juga dimeriahkan Penyanyi Pop Rita Tila.

Kepala Dinas Pariwista Garut Budi Gan Gan mengatakan, pertunjukan Wayan Ajen kali ini sengaja mengundang kaum milenial. Tujuannya, agar generasi muda di Garut mengenal kebudayaan dan turut mengembangkan.

“Kami atas nama Pemerintah Kabupaten Garut mengucapkan terima kasih atas diselenggarakannya promosi wisata antara Kementerian Pariwisata dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut melalui pagelaran Wayang Ajen,” ujar Budi Gan Gan Gumilar.

Melalui pementasan Wayang Ajen, diharapkan dapat meningkatkan promosi pariwisata Kabupaten Garut. Selain itu dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Garut.

“Terima kasih Kementerian Pariwisata, terima kasih Pak Ferdiansyah, sekali lagi kita bersama untuk memajukan pariwisata Kabupaten Garut,” ujar Gan Gan Gumilar.

Kabid Pemasaran Area I Kemenpar, Wawan Gunawan mengaku terharu menyaksikan penampilan Anak-Anak Disabilitas Garut. Menurutnya, mereka memiliki kelebihan yang tidak dimiliki manusia yang fisiknya normal.

“Allah menakdirkan mereka sangat luar biasa. Saya sebagai seniman sangat haru dan bangga atas jiwa-jiwa mereka yang begitu mempesona. Allah Maha Kuasa atas segala-galanya,” ujar Wawan Gunawan.

Apa yang dikatakan Wawan Gunawan ini tidak mengada-ada. Dengan segala keterbatasannya, anak-anak disabilitas ini mampu menunjukkan kemampuannya dengan apik.

Misalnya yang menyandang tuna rungu, meski tidak bisa mendengarkan musiknya, ternyata mampu menari Jaipong mengikuti alunan musiknya.

Begitu juga dengan lainnya, yang sukses menampilkan lagu Jangan Menyerah milik D’Masiv dan sukses menampilkan pertunjukan musik angklung.

“Ini sangat luar biasa super mantap. Saya terasa tidak bisa apa-apa. Saya merasa sangat kecil di depan mereka yang sangat luar biasa,” kata Wawan Gunawan.

Pementasan Wayang oleh Ki Dalang Wawan Ajen menghadirkan lakon Satria Kebajikan. Simbol anak muda, generasi muda milenial yg kreatif innovatif.

Generasi yg melek IT, go Digital. Generasi muda yg santun dan berahlak luhur. Menjungjung nilai luhur bangsa. Berbudi pekerti luhur.

“Prilaku santun dan berahlak agamis menjungjung kemuliaan agama, kejaan bangsa dan negara untuk menuju peradaban dunia. Cinta Pancasila, Cinta Bangsa dan Negara, Cinta NKRI,” jelas Wawan.

Dia melanjutkan, Satria Kebajikan adalah pembasmi kejahatan, pembasmi teror, pembasmi Hoax. Satria Kebajikan adalah spirit anak bangsa yang memuliakan cinta damai.

“Saling toleransi dalam perbedaan. Keragaman adalah anugerah Allah yang patut disyukuri,” pungkasnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya sendiri menyambut baik terselenggaranya pementasan wayang ini. Dikatakannya, pementasan Wayang Ajen merupakan salah satu daya tarik budaya yang memiliki peranan penting dalam pariwisata Indonesia.

“Hal ini menunjukkan masyarakat Garut termasuk kaum milenialnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya siap untuk kehadiran sektor pariwisata,” kata dia.

Untuk itu Menpar juga menekankan peran yang kuat dari stakeholder pariwisata di Kabupaten Garut. Untuk sama-sama menjadikan pariwisata sebagai kekuatan utama.

“Sehingga dapat memberikan dampak langsung terhadap masyarakat. Terutama dalam hal perputaran perekonomian dan kelestarian budayanya,” tutup Menpar.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya