Griya Batik Banten, Sajikan Ragam Motif Lengkap dengan Filosofinya
Klik nusae – Saat berwisata ke Banten jangan lupa singgah ke Griya Batik Banten yang berlokasi di daerah Cipocok, Kota Serang. Di sana pengunjung tak hanya dapat membeli batik jadi, tapi bisa melihat proses pembuatan batik dan mendapat edukasi tentang batik, sampai mencoba membatik sendiri.
Griya Batik ini, dikembangkan putra daerah asli Banten bernama Uke Kurniawan, seorang pensiunan PNS Departemen Pekerjaan Umum. Kisahnya berawal dari keterlibatan dalam berbagai kajian pemanfaatan ragam hias khas daerah pada gaya arsitektur dan budaya di masa lalu.
Dengan keuletannya, lahirlah beragam motif batik khas Banten yang merujuk pada jejak arsitektur dan benda-benda sejarah peninggalan Kesultanan Banten. Kelebihan Batik Banten, setiap motif disertai dengan filosofinya. Filosofi tersebut didapat Uke dari hasil kerjasama dengan para arkeolog dan sejarawan.
Hingga kini Batik Banten sudah mempunyai sekitar 250 motif, 170 diantaranya sudah dipatenkan. Sebanyak 90 motif batik dipatenkan bersama para arkeolog dan 80 motif dipatenkan ilmuwan dari Universitas Indonesia.
Untuk sisa dari 250 motif di atas, Uke mengaku belum dipatenkan karena masih mengkaji filosofinya. Jadi setiap motif batik tersebut harus tuntas kajian filosofinya. Itulah yang membedakan Batik Banten dengan yang lainnya, terletak pada ragam hias disertai filosofi. Cirinya, Batik Banten bukan berdasarkan kreasi ciptaan tapi merupakan motif dari ragam hias yang ada di peninggalan arkeologis di Banten.
Ada tiga hal yang membedakan Batik Banten dengan corak batik daerah lain di Indonesia, diantaranya motif batiknya memiliki pola dasar ragam hias yang berasal dari benda sejarah purbakala yang disebut Artefak Terwengkal hasil ekskavasi Arkeolog tahun 1976 di Banten.
Warna Batik banten cenderung warna abu-abu soft yang menunjukkan karakter wong Banten. Makna sifat warna tersebut, antara lain cita-cita, ide, kemauan, dan tempramennya cenderung tinggi namun pembawaan selalu sederhana atau kalem.
Kemudian dari filosofinya, nama motif batik saling berkaitan dengan sejarah Banten dan diambil dari toponim desa-desa kuna, nama gelar bangsawan atau sultan, dan nama tata ruang di Kesultanan Banten.*** (IG)
Baca juga: Mengenal Cagar Budaya Ciung Wanara