Hotel Tak Garap Serius Milenial,Rugi
Klik nusae- Kementerian Pariwisata kini lebih fokus menggarap segmen pasar dari generasi milenial. Pasalnya, sebanyak 50 persen wisman yang datang ke Indonesia berasal dari generasi milenial. Jika kaum kekinian tersebut bisa dikelola dengan baik,maka target pencapaian 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) pada tahun depan, tidak terlalu sulit.
“Kami harus berterus terang, kami baru mulai fokus menggarap generasi milenial ini. Negara lain juga baru, jadi jangan khawatir,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya di sela Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia IV di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta,Senin (11/2/2019) lalu.
Sektor pariwisata, lanjut Arif, memfasilitasi kecenderungan turis milenial yang gemar menerapkan prinsip berbagi. Dalam hal ini, untuk merasakan sesuatu tidak harus memiliki tetapi bisa menyewa.
Terlebih, turis milenial lebih senang untuk menikmati suatu pengalaman baru.
“Kenapa pariwisata tumbuh dengan pesat? Karena sebagian besar pengeluaran anak-anak milenial dihabiskan untuk hal-hal yang terkait dengan pengalaman,” ujarnya.
Hal itu tak lepas dari kebutuhan generasi milenial untuk diakui. Tak ayal, generasi yang melek digital ini gemar melakukan swafoto, terutama di daerah yang belum pernah dikunjungi oleh orang lain.
Kompetisi membuat iklan pariwisata menjadi salah satu strategi Kemenpar mengerek jumlah turis milenial pada tahun ini.
Kompetisi ini berlangsung pada 7 – 21 Februari 2019 dengan hadiah total Rp100 juta. Pemenangnya dipilih berdasarkan suara terbanyak dari generasi milenial.
Sementara itu Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani juga menangkap potensi dari generasi milenial. Tak ayal, bisnis akomodasi melakukan penyesuaian untuk bisa menangkap selera mereka.
Hariyadi mencermati turis milenial merupakan generasi yang tidak bisa lepas dari internet. Untuk itu, setiap hotel dan penginapan kini telah dilengkapi dengan layanan WiFi gratis.
“WiFi yang memiliki sinyal yang kuat harus ada,” ujar Hariyadi.
Selain itu, turis milenial lebih memilih tempat menginap yang tak pasaran, unik dan bagus jika dipamerkan di foto.
Untuk itu, pelaku industri perhotelan juga bersaing untuk bisa menyediakan layanan akomodasi yang bisa memenuhi selera tersebut.
Hotel sebenarnya diuntungkan. Mengingat bermain di konsep yang tidak pasaran, investasinya bisa jadi tidak sebesar hotel konvensional yang biasanya menawarkan kemewahan atau tingkat kenyamanan tertentu.
Hotel juga melakukan diversifikasi lini bisnis. Misalnya, kini beberapa jaringan hotel memperluas bisnisnya ke lini hotel murah (budget hotel).
“Misalnya hotel kapsul, generasi saya sih tidak mau menginap di hotel seperti itu, tetapi generasi milenial sih senang-senang saja menginap di hotel seperti itu,” ujarnya.
Selain itu, hotel juga berlomba-lomba menggelar kegiatan yang bisa menawarkan pengalaman menarik bagi tamu dari generasi milenial.
Sebagai contoh, sebuah resort di tepi pantai menggelar acara memasak makanan tradisional atau menghias kain tradisional.
“Intinya, generasi milenial lebih mengedepankan pengalaman. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang lebih mengedepankan kenyamanan,” ujarnya.
Dibagian lain, Direktur Sari Ater Hotel & Resort Herie Hermanie Soewarma menguatkan bahwa saat ini generasi milenial lebih menyari tantangan baru di alam terbuka. Memburu spot-spot menarik yang bisa dihadirkan dalam sosmed.
“Memang melakukan perubahan menjadi keharusan,karena kaum milenial ini kan selalu ingin mencari sesuatu yang baru,” kata Herie yang juga Wakil Ketua PHRI Jawa Barat ini.
Ditambahkan Herie, sebagai bagian dari memberikan ruang ekspresi bagi para milineal,pihaknya segera menghadirkan Water Park di area rekreasi Sari Ater. Ini salah satu yang unik,karena konsep-nya dibuat dengan latar belakang keindahan alam pegunungan.
(adh)