Jika Grand Canyon Ingin Dibuka Kembali Ini Syaratnya
JELAJAH NUSA – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Majalengka,Jawa Barat akan mengeluarkan rekomendasi pembukaan kembali objek wisata grand Canyon di Desa Sukadana, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka selama ada jaminan keselamatan pengunjung.
“Kami akan mengeluarkan rekomendasi selama operator atau pengelola bisa menjamin keselematan pengunjung. Apalagi ini kan wisata khusus, yang tidak semua bisa berkunjung kesana,” demikian disampaikan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Majalengka, Gatot Sulaeman kepada Jelajah Nusa,Selasa (8/1/2019) di ruang kerjanya.
Belakangan muncul harapan dari warga agar Pemerintah Kabupaten Majalengka bersedia membuka kembali objek wisata grand canyon. Wisata itu sejak 3 tahun lalu di tutup terkait adanya musibah kecelakaan yang menewaskan sejumlah wisatawan yang terbawa arus.
Dijelaskan Gatot, pihaknya ingin pengelola,apakah itu dari warga setempat atau operator benar-benar bisa memperhatikan safety terhadap pengunjung.Keselamatan menjadi nomor satu.
“Jika persyaratan ini bisa dipenuhi, ya kami bisa buka kembali,” kata Gatot.
Namun demikian,lanjut Gatot, jika ada keinginan untuk dibuka kembali harus dikaji terlebih dulu sisi keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung.
Kajian yang dimaksud tentu dengan melibatkan pihak PSDA karena wisata tersebut adalah wisata air, serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah mengkaji sisi keamanan serta Bina Marga dan Dinas Parisisata sendiri.
Pemerintah daerah sendiri,sudah memberikan perhatian serius untuk pengembangan destinasi di kawasan Grand Canyon ini. Termasuk membangun jalan menuju lokasi. Apalagi selain ngarai yang indah, di area tersebut juga ada Curug Ibun yang memang cukup menawan.
Grand Canyon sendiri mendapatkan rekomendasi sebagai salah satu objek wisata karena memang keberadaanya cukup indah. Hanya saja, karena sifatnya objek wisata khusus berdasarkan usia banyak hal yang benar-benar harus diperhatikan.
Sebagaimana diketahui, Maskub salah seorang tokoh masyarakat Desa Sukadana mengungkapkan keberadaan objek wisata Grand Canyon yang menyatu dengan Curug Katumbiri dan Curug Ibun, Leuwi Kancah, Leuwi Taraje dan Leuwi Gulutuk ini sudah membawa dampak keramaian bagi warga setempat. Serta adanya aktivitas anak-anak muda di desa.
Sejumlah anak muda yang tidak sekolah atau anak yang sudah lulus sekolahnya bisa mengelola kawasan wisata tersebut. Seperti halnya anak muda lain yang wilayahnya memiliki kawasan wisata.
“Ketika kawasan wisata tersebut di buka keramaian sudah mulai dirasakan masyarakat setempat, sebagian sudah mempunyai penghasilan tambahan, dari berjualan di lokasi wisata atau dari lahan parkir,” ucap Maskub.
Menurutnya kalau pemerintah tidak membolehkan ada river tubing atau mandi di leuwi karena faktor keselamatan, sebaiknya wisata lainnya tetap dibuka.
Seperti halnya menikmati Curug Ibun dan Curug Katumburi karena lokasinya persis di mulut grand canyon.
“Goa Lalay juga yang mungkin indah dan lokasinya beberapa ratus meter dari curug boleh tidak di buka karena jalannya curam serta faktor keselamatan harus terjaga. Hanya sekali lagi kalau ke curug rasanya aman,” kata Maskub.
Menurutnya warga setempat bersedia membangun jalan dan sistem keamanan jika pemerintah membolehkan kembali dibuka
Hal yang sama diungkapkan warga lainnya Sambas, jika mungkin pemerintah bisa memberikan arahan bagi para pengelola wisata.
Hal apa yang harus disediakan, bagimana sistim keamanan yang baik yang harus dilakukan pengelola bagi wisatawan dan sejumlah pasilitas lainnya yang harus disiapkan agar pengunjung benar-benar aman.
“Kami juga siap membuat tangga yang baik dan aman untuk turun ke sungai lokasi granda canyo juka persolaannya keamanan di jalan. Kami juga sebenarnya menyediakan sejumlah petugas keamanan menjaga hal yang tidak diinginkan dan ketika melihat cuaca rawan kamipun langsung meminta seluruh pengunjung untuk naik dan tidak membolehkan seorangpun berada di lokasi karena kami tahun beresiko tinggi,” ucap Sambas.
Sementara itu sejumlah lokasi wisata curug dan grand canyon lokasinya masih berada disatu tempat, terkecuali Goa Lalay.
Curug Katumbiri adalah air terjun yang airnya berasal dari Sungai Cirumput yang kemudian dialirkan melalui tebing setinggi kurang lebih tujuh meteran.
Air curug dari Sungai Cirumput tersebut bermuara ke Sungai Cilongkrang dan masuk ke sebuah lubuk yang dikenal masyarakat setempat sebagai Leuwi Kancah dari Leuwi Kancah air kemudian mengalir dan membuat air terjun yang dikenal warga Curug Ibun.
Sementara itu Ketua Kelompok Pariwisata Maman Rahmana, menyebutkan saat dibuka pengunjung sekitar 200 orang. Hanya di hari libur lebaran atau tahun baru pengunjung bisa mencapai 1.000 orang. Mereka datang dari berbagai wilayah.
(adh)