Kali Ini Pantai Palangpang Ciletuh Jadi Primadona Wisatawan
JELAJAH NUSA – Ratusan hingga ribuan wisatawan bakal memenuhi Pantai Palangpang,Desa Ciwaru,Kecamatan Ciemas,Pelabuhanratu,Kabupaten Sukabumi,Jawa Barat pada libur Natal dan Tahun Baru 2019.
Sejak kawasan Ciletuh-Palabuhanratu masuk dalam jaringan UNESCO Global Geopark, kawasan Teluk Ciletuh seketika bergeliat. Biasanya, pantai yang berada di cekungan atau teluk realtif aman dari tsunami.
“Sejak beberapa hari lalu,sudah banyak wisatawan yang berdatangan disini. Ada yang menginap di beberapa villa yang ada. Bahkan mereka menginap di Pelabuhanratu,tapi mainnya kesini,” kata Tohir,pemilik tempat makan di Pantai Palangpang keada Jelajah Nusa,Minggu (23/12/2018).
Semula Taman Bumi ini hanya dikenal oleh sebagian orang saja, khususnya nelayan, geolog, dan penambang emas. Namun setelah dikukuhkan sebagai Geopark,pengunjung dari berbagai kota bahkan luar negeri mulai berdatangan.
Kawasan Geopark Palabuhanratu memiliki luas sekitar 128 ribu hektare yang tersebar di delapan kecamatan.
Sementara itu, Kecamatan Ciemas memiliki wilayah yang paling luas di Kabupaten Sukabumi yakni 304,57 kilometer persegi, dengan jumlah penduduk tahun 2017 sebanyak 49.709 jiwa.
Teluk Ciletuh, atau yang pada masa Hindia Belanda disebut Zand-baai (teluk pasir), adalah sebuah teluk di Kabupaten Sukabumi yang terletak di sebelah selatan Teluk Palabuhanratu.
Dalam sebuah jurnal berjudul “Pembentukan Prisma Akresi di Teluk Ciletuh, Kaitannya dengan Sesar Cimandiri” yang disusun oleh Lili Sarmili dan Deny Setiady dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Ciletuh memang sudah lama mendapat tempat di hati para geolog.
“Daerah Ciletuh Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, dalam dunia ilmu geologi di Indonesia dikenal sebagai salah satu tempat dari tiga tempat di Pulau Jawa yang menyingkapkan kelompok batuan berumur paling tua di Pulau Jawa,” tulis Lili dan Deny.
Mengonfirmasi hal tersebut, Ketua Pusat Penelitian Geopark dan Kebencanaan Geologi Universitas Padjajaran, Prof.
Mega Fatimah Rosana, menuturkan sudah banyak orang dari badan geologi yang datang ke Ciletuh sebelum kawasan ini dijadikan Geopark.
“Lebih ke (tujuan) ilmiah aja, tidak untuk wisata. Karena kan dulu aksesnya juga jelek, bukan untuk jalan (darat). Dulu kalau ke sana harus pakai perahu dari Palabuhanratu, orang menganggapnya susah makanya Ciletuh tidak populer,” ujar Mega seraya mengenang perjalanan pertamanya ke Ciletuh 13 tahun silam.
Terkait bebatuan yang ada di Ciletuh, Mega menambahkan, untuk kawasan Jawa Barat formasi bebatuan di Ciletuh dianggap batuan yang paling tua dan seusia dengan dua tempat lain di Jawa Tengah.
“(Formasi bebatuan Ciletuh) itu jadi kita anggap tanah pertama di Jawa Barat, kurang lebih gitu bahasa populernya. Supaya orang awam lebih mudah paham, daratan pertama di jabar,” katanya.
“Karena skala geologinya itu kelas dunia, makanya Geopark Ciletuh-Palabuhanratu langsung diakui dan diloloskan oleh UNESCO ketika pertama kali mendaftarkan diri,” tandasnya.
Sedangkan terkait kondisi teluk Ciletuh, kedalaman air di teluk Ciletuh pada umumnya agak landai ke arah barat dan mencapai kedalaman maksimal sekitar 200 meter, dan membentuk lembah yang dalam ke arah barat.
Garis pantai bagian utara Teluk Ciletuh dibatasi oleh tebing pantai yang curam, sedangkan bagian selatan teluk Ciletuh morfologinya agak landai dan di beberapa tempat terdapat pendangkalan hingga terbentuk pulau-pulau yang muncul menjadi daratan.
Menurut Kasubdit Pulau-pulau kecil dan Terluar Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Ahmad Aris, ada empat pulau kecil di kawasan Teluk Ciletuh.
“Ada pulau Mandra, pulau Kunti, pulau Manuk (Mariuk), dan pulau Gotor. (Pulau) mandra itu masuk dalam kategori Areal Penggunaan Lainnya atau APL, artinya boleh dimanfaatkan oleh siapa aja, tapi tetap tergantung dari daya dukung pulaunya,” ujar Ahmad.
“Namun yang bisa dimanfaatkan hanya sekitar 51 persen, sisanya untuk fasilitas umum. Kami belum cek kepemilikan lahannya, karena kami belum punya data terkait itu. Sementara pulau Kunti dan Gotor masuk kawasan suaka alam, itu kewenangannya di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.”
Menurutnya keempat pulau yang ada di Teluk Ciletuh, masuk dalam kategori tiny island atau pulau sangat kecil yang luasnya di bawah 10 ribu hektare.
Sehingga, ia melanjutkan, kalau ada investor swasta yang mau masuk harus punya rekomendasi dari KKP.
Saat ditanya soal ancaman yang menghantui pulau-pulau kecil di Indonesia, Ahmad menjawab ada banyak faktor seperti abrasi dan pemanasan global.
“Pemanasan global pasti ada dampaknya terhadap pulau-pulau kecil. Itu sebabnya aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan adalah pertimbangan utama,” katanya.
(adh/cnn)