Ada Atraksi Menarik Di Lereng Sumbing Dalam Event Pasar Digital

Pasar Digital yang digelar GenPi Magelang selalu penuh pengunjung. Banyak atraksi budaya dan kuliner yang dipersiapkan dalam event tahunan tersebut. Foto:IG

JELAJAH NUSA – Sebagai pilihan berlibur akhir pekan, event ini sangat cocok. Apalagi datang bersama keluarga. Namanya destinasi digital Pasar Kebon Watu Gede Magelang. Adalah Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Magelang akan memeriahkan pasar digital ini.

Atraksi budaya tersebut meliputi tari-tarian tradisional, live music accoustic, hingga permainan tradisional khas Magelang.

Atraksinya, akan dibalut dengan pemandangan keren. Ada view Gunung Sumbing, Gunung Merbabu, Gunung Merapi dan di kelilingi persawahan.

Tertarik? Datang saja di Lereng Sumbing, Dusun Jetak Desa Sidorejo, Kecamatan Bandongan, Magelang. Tapi, atraksi budaya akan mulai digelar 18 November nanti.

“Kita sudah medirikan panggung semi permanen. Panggung ini akan diisi berbagai pertunjukan secara bergantian. Pada 18 November nanti, akan ada tarian tradisional dari sanggar tari sekitar,” ujar juragan Pasar Kebon Watu Gede, Ari Fianto,kemarin.

Pada 18 November juga, akan ada hiburan baru. GenPI Magelang membuat paket mainan tradisional. Di area yang sama, juga ada disediakan arena belajar angklung dan gamelan.

“Karena kita dapat ijin lokasi baru. Area pasar diperluas. Rencananya mau kita buat arena permainan tradisional dan latihan angklung atau gamelan,” ungkap Ari.

Pasar Kebon Watu Gede buka setiap Minggu Legi dan Minggu Pahing. Mulai pukul 06.00-12.00 WIB. Ari mengungkapkan, pasar tidak buka tiap Minggu lantaran menghormati kegiatan lainnya di desa setempat.

“Di desa kita udah ada kegiatan keagamaan dan sosial yang perlu kita jaga dan hormati. Kalau kita buka tiap minggu buka bisa mati kegiatan yang ada. Sebab, semua yang terlibat dari mulai pedagang sampai tukang parkir cuma warga sekitar,” jelas Ari.

Minggu kemarin, tepat pada peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, Pasar Kebon Watu Gede menggelar lomba foto. Lomba digelar memanfaatkan media sosial juga. Antusias pesertanya banyak, ratusan foto yang terupload.

“Lomba foto salah satu strategi mempromosikan pasar juga. Karena media promosi banyak mengandalkan medsos. Pesertanya kemarin luar biasa banyak. Semua foto yang diposting menarik-menarik,” ungkap Ari.

Nanti, lanjut Ari, akan disiapkan atraksi lainnya untuk mengisi tanggal 18 November. Atraksi belum ditentukan, namun yang jelas akan menggandeng komunitas-komunitas yang ada di Magelang.

“Minggu depan baru didiskusikan. Apakah menggandeng komunitas fotografer, komunitas musik atau komunitas seni budaya. Masih belum ditentukan,” ungkapnya.

Selain atraksi, pasar ini juga menyediakan makanan tradisional dan kerajinan tangan. Tapi, tidak hanya makanan yang tradisional, pedagangnya pun memakai pakaian tradional.

Adapun aneka jajanan tempo dulu semacam yang dijual seperti kue cucur, brondong jagung, getuk, lopis, dawet, kolak, lanting, rondho kemul, dan sebagainya.

Aneka gorengan, dadar telur, pepes, sate hingga jamu tradisional juga tersedia. Bahkan tukang cukur dan penjual sayur segar pun ada. Pasarnya dikonsep jadoel atau masa lalu. Nuansanya sangat kental dengan nuansa tradisional.

Transaksi jual belinya juga menggunakan alat pembayaran khusus yang diberinama benggol. Pengunjung dapat menukarkan uang rupiah dengan benggol di tempat penukaran yang telah disediakan.

“Di pasar ini, selain untuk wisata kuliner, kita juga bisa hunting foto. Karena mulai dari pedagang, aksesoris dagangan, dan nuansa dibikin alami dan ala jadoel,” kata Ari.

Layaknya destinasi digital, Pasar Kebon Watu Gede juga menyediakan beberapa spot foto yang instagramable. Spot ini dibuat untuk memanjakan pengunjung. Misalnya, anyaman bambu yang digantung di tengah jalan dengan bambu di kiri kanan jalan.

Ada juga beberapa “gazebo” kecil atau gubuk-gubuk bambu di pinggir jalan. Bisa untuk sekedar istirahat melepas lelah.

Atau untuk berfoto-ria dengan background sawah maupun Gunung Sumbing. Ada pula spot selfie berbentuk Love dari bambu yang dibangun di atas sawah yang konturnya curam.

Berbagai titik menarik sepanjang jalan ini membuat perjalanan menuju pasar tidak membosankan. Apalagi berjalan bersama banyak orang.

“Hal ini untuk mendukung pengembangan potensi wisata di Dusun Jetak Desa Sidorejo. Serta membantu realisasi 10 target pasar destinasi di Jawa Tengah pada tahun 2018 dan 100 Pasar Destinasi Digital GenPI oleh Kemenpar di Indonesia,” papar Ari.

Sejak berdiri, Pasar Kebon Watu Gede terbukti membantu meningkatkan potensi pendapatan masyarakat. Tiap buka, pasar ini kerap dikunjungi tak kurang dari 1.500 orang.

“Biasanya pengunjung rata-rata 1.500 sampai 3.000 orang tiap buka. Tapi di momen tertentu, bisa sampai 6.000 pengunjung. Omsetnya pun sudah mencapai Rp 93 juta sehari,” ungkap Ari.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, GenPI harus memberikan bukti Creative dan Commercial Value dalam destinasi digital.

“Pasar Digital besutan GenPI ini memang menjadi bukti bahwa komunitas ini running. Tidak hanya berkegiatan di media sosial, tapi komunitas ini mampu menerapkan creative value dan memanfaatkan media sosial dalam berpromosi,” ujar Menpar Arief Yahya.

Ditambahkannya, destinasi digital besutan GenPI juga menjadi wadah bagi generasi muda. Khususnya untuk mengekpresikan bakat seni serta melestarikan nilai-nilai budaya.

“Di destinasi digital tidak hanya untuk foto-foto saja. Karena tiap minggu rutin digelar pertunjukan seni tradisional. Misalnya tarian daerah, permainan-permainan tradisional dan juga musik dari anak-anak muda,” kata Menpar.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya